Acropolis sendiri diartikan kota atas karena memang letaknya di perbukitan yang sangat indah saat kita pandang dimalam hari. Hal tersebut diakibatkan oleh pantulan gemerlap cahaya lampu kuil dan seperti menjadi panduan serta energi seluruh warga kota Athena.
Persiapan fisik yang prima diperlukan jika kita akan menapaki bukit menanjak dan meniti bebatuan sempit sesaat menjelang memasuki komplek Parthenon.
Pohon zaitun dengan bentuknya yang khas tampak terlihat subur dibeberapa lokasi Acropolis. Selain itu tidak mudah menemukan toilet disini sehingga kita harus dapat  mengatur asupan air mineral yang diminum.
Dibeberapa tempat yang lebih tinggi lagi akan terlihat pohon pinus tumbuh subur. Sedang dijalanan kota terlihat beberapa tanaman citrus yang buahnya menguning diantara lebatnya dedaun hijaunya dan beberapa buahnya jatuh menghampar di trotoar jalanan yang  tampak  sangat menggoda tetapi rasanya kecut dan getir sekali saat mencecap lidah.
Runtuhan Parthenon yang masih ada di dalam komplek Akropolis dulunya merupakan sebuah kuil yang dibangun sejak 432 Sebelum Masehi oleh 2 orang arsitek brilian Iktinos dan Kallikrates. Ia dibangun dengan tujuan untuk menghormati Dewi Athena, seorang dewi perang sekaligus kebijaksanaan dalam mitologi Yunani.
Peradaban Yunani kuno yang sangat tinggi saat itu telah dapat membuat bangunan megah diatas bukit dan merupakan salah satu puncak penciptaan seni bangunan yang pernah ada di zamannya.
Dalam perjalannya bangunan tersebut kemudian sempat digunakan untuk tempat beribadah 3 agama yaitu Yunani Kuno, Kristen dan Islam.
Beruntung kita masih bisa melihat bangunan yang telah melintas ribuan tahun dan beberapa pilar utamanya masih tetap berdiri kokoh meski dalam bentuk bangunan yang tidak utuh sempurna lagi. Pilar-pilar bangunan yang tampak kokoh itu sepertinya tetap berupaya melawan perubahan zaman.
