Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (22.Pertempuran di Laut Borneo)

27 Januari 2022   14:32 Diperbarui: 2 Februari 2022   08:40 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah sendiri dari canva app

Tanpa terasa pelayaran telah menginjak hari ke-7 . Sebuah misi pelayaran yang berat. Terjangan badai dan kematian seorang pelautku seperti isyarat alam, dimana kendala didepan yang akan kami hadapi tidaklah mudah.

Ada sedikit beban yang kuhadapi, karena ini adalah misi kedua kerajaan Inggris. Misi untuk memperjuangkan agar lalu lintas perdagangan kapal dagang Inggris di perairan laut dibawah kekuasaan Sambas Darussalam tidak diganggu. Saat ini kapal layar dari  tempat lain  seperti Pattani dan Johor sulit melakukan perjalanan dagang untuk menuju di Kerajaan Banjar di selatan Borneo dan pulau rempah Maluku. Alur pelayaran yang harus diperjuangkan untuk dikuasai agar kapal-kapal dari Malaka menuju di Kerajaan Banjar atau sebaliknya  tidak harus melalui pantai barat Sumatera dan selat sunda yang memakan waktu yang lebih panjang dan berbahaya.

Jam pasir  telah menunjukkan pukul 05.30 pagi. Lampu kapal layar yang berada di haluan serta lampu yang digantung pada ujung-ujung kayu layar seperti meredup akibat sinar matahari pagi yang mulai menerangi lautan. Diujung horizon haluan kapal tampak samar terlihat  benda berwarna hitam yang semakin lama seperti semakin jelas. Pulau Borneo yang dituju telah ada di depan mata.

"Borneo, lihat!" aku berteriak gembira karena pulau yang ditunggu-tunggu telah terlihat dimata. Arthur kemudian segera bergegas ke haluan untuk memastikan kembali apa yang baru saja kuteriakkan.

Kapal kami terus mengarah ke sebelah utara pulau. Setengah jam berikutnya cuaca bertambah terang. Beberapa petugas terlihat sangat cekatan memanjat layar untuk segera mematikan lampu-lampu lilin didalam sangkar yang bergelantungan. Perjalanan tetap mengarah ke utara dan itu artinya kapal kami akan mulai menyusur pantai barat pulau Borneo.

Masing-masing sibuk kembali dengan aktifitas harian dikapal. Sinar mentari yang terasa  hangat masuk keruangan kemudi melalui celah-celah dinding kaca depan . Sinar  cahaya pagi terasa sangat nyaman menyentuh kulit. Kubiarkan sebanyak mungkin cahaya menyergap tubuhku yang sangat jarang kutemukan jika di Bristol Inggris. Sebuah negeri yang cahaya matahari selalu berlindung dibawah  kabut.

Didepan haluan sana, terlihat cahaya mendung, meskipun laut masih tampak terlihat terang benderang. Angin kencang belum berhembus. Disebelah kanan tampak siluet pulau yang membantu  arah kami untuk terus berlayar menuju tujuan. Terlihat beberapa kapal ukuran kecil. Sepertinya nelayan-nelayan pribumi yang sedang mencari ikan.

Perlahan dari depan terlihat lagi sebuah kapal. Sepertinya kapal pedagang.  Sepengetahuanku jalur ini adalah jalur pelayaran yang sibuk karena banyak sekali komoditi yang bisa  diangkut keluar dari Sambas Darussalam yang diberkahi ini. Beberapa-kapal yang lewat memang terlihat seperti tongkang-tongkang  kayu yang penuh berisi barang-barang perdagangan.

Barang --barang yang dibawa keluar dari pulau Borneo bagian barat adalah emas intan, hasil hutan seperti kayu besi(Eusideroxylon zwageri) yang usia pakainya bisa mencapai ratusan tahun, minyak tengkawang,sarang  burung, kerang-kerangan dan sirip hiu.

Pukul 13.00 siang. Matahari siang seperti tidak mau menampakkan diri karena awan hitam seperti selalu menggantung dilangit. Angin bertiup sedikit kencang. Untung tak dapat diraih dan malang tidak dapat ditolak. Firasatku hari ini sejalan dengan saat Arthur setengah berteriak kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun