Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berakhir di Jembatan Ampera

30 Juli 2021   21:30 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:32 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Itu kemauan abang sendiri kan? Andainya abang tak mau berzina, hal penuh dosa itu pasti tak akan terjadi di-diri abang, betulkan? Berzina itu cuma terdorong oleh nafsu syahwat yang dikuasai setan bang. " Ujar Rani lagi. Abangnya berdiri sembari menentang wajah adik perempuannya. 

" Kau tak perlu menasehati ku. Dari dulu kau itu paling pintar bersilat lidah. Dan sekarang aku harap kau tak menghalangi niatku untuk ber-isteri lagi" Sergah abangnya ketus. 

" Baiklah kalau keputusan abang begitu keras. Aku angkat tangan. Tetapi sebelumnya, aku ingin urun-rembuk sedikit. " Abangnya tak memperlihatkan reaksi, tetapi tampaknya bersedia untuk memberi kesempatan pada Rani untuk membuka mulutnya. 

"Abang kan tahu, bagaimana peran ku dulu saat abang berjuang untuk mendapatkan kak Amas. Sangat sulitkan? Berapa orang pesaing tampan yang terjebak muslihatku, sehingga mereka mundur teratur. Menyebabkan abang bisa berlenggang aman menggandeng kak Amas. Aku juga yang maju dan membujuk keluarganya agar menerimamu ditengah mereka. Dan kini, dengan se-enaknya abang ingin menduakan-nya. "

"Sudah? " Tanya abangnya seolah ingin menandaskan pada Rani apakah ingin menghentikan mulutnya. 

" Belum, ada satu lagi...Abang pasti sadar bahwa keluarga kita mengidap komorbid yaitu penyakit keturunan. Ibu mewariskan diabetes pada kita. Aku cuma ingin mengingatkan dan menyadarkan. Sebaiknya abang memperhatikan dan menjaga kesehatan abang ketimbang kawin lagi. Bagaimana andai abang kena penyakit jantung, impotensi, ginjal, atau diabet yang tak terjaga, karena abang berbini dua. Lalu, abang tak mampu lagi mencari nafkah. "

Lelaki itu sejenak seperti terpatung. Rani cuma terdiam menyaksikan sikap Arman abangnya. Dalam hati perempuan itu berdoa, agar yang terbaiklah yang diterima Amas kakak ipar dan dua keponakannya. 

Akhirnya terlihat abangnya menggerakan tubuhnya. Agak berdebar Rani menunggu apa kiranya yang akan dikatakan abangnya. 

" Aku akan mempertimbangkannya "  Dan cuma sebaris kalimat itulah yang keluar dari mulut abangnya. 

" Baiklah, aku mohon diri. " ujar Rani sambil berdiri. Abangnya menoleh kearahnya. 

" Dimana mereka sekarang? Maksudku Amas dan kedua anak ku. " 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun