" Aku tidak menceraikannya, bahkan aku akan lebih sering menggilirnya dibanding calon isteri keduaku kelak. " ujar abangnya yang duduk disisi kirinya.Â
" Berarti selama ini abang tak pernah menyelami bagaimana perasaan seorang wanita. " Rani menatap abangnya.Â
" Untuk apa dan apa gunanya? "
" Hatinya sudah abang hancurkan.!" celetuk Rani sinis.Â
" Aku tak mau tahu.. " Â ujar abangnya mengelak.Â
"Lalu, bagaimana nasib kedua anakmu? " Tandas Rani agak menyentak. Kali ini abangnya seperti terdiam.Â
Matanya dihunjamkan kedepan bagai ada sesuatu yang sekonyong tersangkut di pikirannya. Setelah itu kepalanya ditundukan menatap lantai.Â
" Masih melekat dikepalaku, betapa gembira nya abang tatkala kelahiran dua anak mu dulu. Hatiku pun ikut gembira melihat keponakanku yang lucu-lucu itu hadir ke Dunia. Dan sekarang, Tiba-tiba saja abang punya niat  konyol dan kuanggap lucu. " Tambah Rani sedikit panjang. Mendengar itu abangnya seketika menoleh, wajahnya tampak merangas gersang.Â
" Heeh Apa kau bilang? Aneh dan lucu? Lalu, apa komentarmu seandainya abangmu ini berzinah? " Sergah abangnya sengit. Rani memasang mimik heran di wajahnya.Â
" Apa hubungan nya poligamy dan urusan berzina bang? "
" Aku laki-laki Rani. Syahwat ku menuntutku untuk segera ber-isteri lagi, ketimbang diriku berlumpur penuh dosa dengan berzina, "