Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sisa-sisa Kehidupan

20 Februari 2020   21:54 Diperbarui: 20 Februari 2020   21:57 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjejak di atas alas kering. Kecoa bergelimpangan. Gambaran tempat yang telah lama ditinggalkan. Debu menempel di lapisan lapisan cat dinding yang sudah mulai terkelupas. Sarang laba laba sudah terajut indah di sudut sudut atas langit langit ruangan. Tanah dan dedaunan berserakan. Bukti pelengkap kematian kecoa di lantai lantai kusam.

Suasana lawas terasa mencekam. Kotor, berdebu, sepi dan hanya menghadirkan kehidupan serangga serangga rumahan. Laba laba, kecoa, semut dan nyamuk berteman dalam keseharian. Laba laba asik bersantai di jaring yang bergelantungan. Kecoa mati di sela sela tumpukan sampah di lantai papan. Semut berjalan beriringan membawa makanan ke tempat persembunyian. Nyamuk sibuk mencari mangsa yang tak kunjung datang.

Begitu perputaran peristiwa hingga beberapa waktu kedepan. Sampai laba laba menjadi tua, mati dan mengering di atas sarang. Nyamuk nyamuk gugur terjengkang mati dalam kelaparan. Bangkai kecoa mulai rusak diuraikan zaman. Sedang prajurit semut mulai lelah mengangkat sisa sisa kehidupan. Waktu terus berputar. Zaman terus berubah. Semut mati termakan usia. Dan kini alas kering hanya meninggalkan sisa sisa kehidupan. Sedang aku hanya bisa menyimak kisahnya sendirian.


Benuo Taka, 6 Februari 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun