Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita untuk Anak] Impian Ifa

19 Januari 2020   16:29 Diperbarui: 19 Januari 2020   16:29 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Impian Ifa


--- Pulang Sekolah ---

Ifa tersenyum pada mamanya ketika menjemputnya di depan gerbang sekolah. Dia berlari kecil sambil membawa tas tempat bekal makanan di tangan kirinya. Tubuhnya tak terlihat lelah. Padahal seharian ini dia belajar di sekolah. Ada jam tambahan bagi anak kelas enam untuk penguatan materi pelajaran. Alasan gurunya, agar semua siswa siap menghadapi ujian kelulusan nantinya.

"Mama...." Ifa mencium tangan mamanya, kemudian pipi mamanya, lalu bergegas naik di jok belakang sepeda motor.

Motor pun berjalan perlahan di sore hari yang masih terasa panas.

--- Di rumah ---

Malam mulai gelap. Biasanya sehabis sholat magrib, Ifa langsung duduk di dekat meja makan. Tapi hari ini berbeda, Ifa langsung masuk ke kamar.

"Anak mama capek?" Mama heran melihat hal tak biasa pada anaknya.

"Nggak, Ma."

"Tapi kenapa mukamu tiba tiba berubah sedih? Padahal waktu mama jemput tadi, Ifa tertawa senang." Mama memegang kedua pipi anaknya.

"Ini, Ma!" Tangan Ifa menunjukkan sebuah bungkus makanan yang tak lagi ada isinya.

"Apa ini? Ifa mau makanan seperti ini?"

"Nggak, Ma." Kepala Ifa geleng geleng.

"Jadi, ini apa?"

"Ifa ingin punya mainan seperti ini, Ma." Telunjuknya mengarah pada satu gambar yang tak dikenal mamanya.

"Mainan apa ini?"

"LOL, Ma."

"Oh... mainan boneka kecil yang katanya mahal itu, ya?" Mama mulai menerka nerka.

Wajah Ifa tambah muram. Mendengar kata mahal artinya dia tak akan diizinkan oleh mama untuk membeli mainan itu. Ifa langsung melirik celengan berbentuk sapi di pojok kanan atas meja belajarnya.

"Bolehkah Ifa beli mainan ini, Ma?" Hati hati sekali Ifa meminta izin pada mama.

"Hm...." Mama menatap Ifa.

"Ifa janji akan menabung untuk membeli mainan itu, Ma." Tangan Ifa sudah dalam posisi memohon pada mama.

"Baiklah." Mama mengangguk dan langsung memeluk anaknya.

***

Sejak izin membeli sendiri mainan LOL dengan uang tabungan didapatkannya, Ifa mulai rajin menyisihkan uang jajannya. Sampai akhirnya uang tabungan Ifa cukup untuk membeli mainan impiannya.

Hari ini, Sabtu tanggal delapan belas Januari, Ifa meminta mama untuk menemaninya mewujudkan impiannya.

"Ma, antarin Ifa beli mainan LOL, ya?"

"Boleh. Nanti sore sehabis anak mama sholat dan ngaji, kita ke toko mainan."

Ifa tersenyum bahagia hingga dia meloncat loncat kesenangan.

--- Di Toserba---

Ifa dan mama sudah berkeliling mencari mainan yang diimpikan itu. Tapi sayang, beberapa toko yang mereka datangi ternyata tak menjualnya lagi. Kebetulan mainannya baru saja habis. Dan toserba ini adalah toko terakhir yang akan mereka kunjungi. 

Suasana pengunjung toserba tampak ramai sekali. Padahal hari sudah  senja. Mungkin karena hujan yang masih deras. Jadi mereka memilih menunggu di sana dari pada basah kedinginan.

Di teras toko, Ifa melihat gadis cilik tanpa alas kaki menggigil kedinginan. Tangan kanannya memegang payung yang tertutup dan sudah basah. Sepertinya anak itu menyewakan payung pada para pengunjung toko. Ifa menghentikan langkah kakinya. Ditariknya tangan mamanya.

"Ma, tunggu!"

"Ada apa, Sayang?"

"Anak itu!" Ifa menunjuk anak kecil tadi.

"Teman Ifa?"

"Bukan, Ma." Ifa mengubah arah langkah kakinya. Dia menuntun mama ke arah anak kecil tadi.

Sesampainya di dekat anak kecil itu, Ifa berbisik pada mamanya. Lalu mama tersenyum dan menganggukkan kepala. Tak lama setelah itu, Ifa dan mama sudah sibuk membujuk anak kecil tadi untuk ikut dengan mereka. Dengan segala upaya, akhirnya anak kecil tadi mengangguk setuju dan berjalan mengikuti Ifa masuk ke dalam toserba.

Beberapa menit kemudian, anak kecil itu keluar dari toserba dengan wajah bahagia. Penampilannya berubah. Ada sepasang sepatu bot cantik berwarna merah muda. Ada jas hujan merah muda cantik bermotif bunga bunga. Dari kejauhan terlihat anak kecil tadi membungkukkan badannya berkali kali. Lalu menyalami Ifa dan mama. Setelah itu dia melangkah pergi bersama seorang ibu yang menyewa payungnya.

"Mama bangga sama kamu, Sayang. Kamu lebih memilih membelanjakan uang tabunganmu tadi untuk membantu anak itu dari pada membeli mainan impianmu." Mama memeluk anak kesayangannya itu.

"Ifa senang, Ma. Kata Bu guru, membelanjakan uang kita untuk kebaikan akan mendapat balasan pahala dari Tuhan. Tuhan akan menggantinya. Tuhan juga akan memberi kita rezeki yang lebih banyak lagi, Ma." Ifa tersenyum tulus.

Anak kecil tadi melambaikan tangan pada Ifa dan mama. Mereka membalas lambaian tangan anak kecil itu dengan bahagia. Langit mulai gelap. Lampu kota mulai dinyalakan. Hari mulai malam. Mungkin saat ini mainan impian Ifa akan tetap menjadi impian. Namun kebaikan yang Ifa lakukan hari ini akan membuat impiannya tercapai suatu hari nanti. Asal dia mau berusaha menabung kembali. Dan tidak pernah lupa berdoa pada Tuhan YME.


Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 19 Januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun