Mohon tunggu...
Taufik Al Mubarak
Taufik Al Mubarak Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Tukang Nongkrong

Taufik Al Mubarak, blogger yang tak kunjung pensiun. Mengelola blog https://pingkom.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cerita Kreasi Makanan Berbuka Anak Kost

22 Maret 2024   22:12 Diperbarui: 22 Maret 2024   22:18 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kota direkam dari atas bukit. Photo: dok sendiri

Jika ingat dulu saat masih kuliah atau ketika harus tinggal jauh di perantauan, saya suka sedih sendiri. Hidup sebagai anak kost di perantauan memang tidak enak, tapi harus dinikmati. Hal itu saya alami ketika awal-awal kuliah di Banda Aceh maupun ketika saya tinggal di Jakarta. Di dua tempat itu, saya benar-benar menikmati perjuangan seorang anak kost dalam makna yang sebenarnya.

Momen paling menyedihkan dalam kehidupan seorang anak kost bukanlah jauh dari rumah, melainkan ketika angka di kalender makin besar. Sebut saja ketika masuk kategori akhir bulan: antara tanggal 23-30 tiap bulan. Jika awal bulan, hidup serba enak. Bisa makan di mana saja dan tentu apa saja. Saat itu, tentulah tidak ada makanan semahal sekarang. Jumlah uang kiriman orang tua tentu lebih dari cukup untuk menikmati 'makan mewah'.

Dan, kadang-kadang hal paling menyedihkan di akhir bulan itu, ketika datang momen tidak terduga. Langit mulai meredup, menandakan malam telah tiba. Ketika bersantai di kamar kost sederhana, perut mulai bernyanyi dengan keras. Di akhir bulan yang terkenal dengan tanggal tua, dompet sudah menipis, hanya tersisa beberapa lembar uang untuk bertahan hidup hingga tanggal gajian.

Saya termenung sejenak, memikirkan menu makan malamnya. Mata tertuju pada rak dapur yang berisi beberapa bahan makanan seadanya. Ada beberapa butir telur, sisa mie instan, dan sebungkus nasi putih. Saya pun tersenyum tipis, "Syukurlah, masih ada bahan makanan," gumamnya.

Dengan cekatan, saya mulai memasak. Merebus mie instan dan menggoreng telur ceplok. Tak lupa, menambahkan nasi putih hangat untuk mengenyangkan perutnya. Meskipun sederhana, saya menikmati makan malam sederhana tersebut dengan penuh rasa syukur. Saya tahu, banyak orang di luar sana yang bahkan tidak memiliki makanan untuk dimakan.

Sambil makan, saya harus berpikir cara untuk menghemat pengeluaran di akhir bulan. Caranya memilih memasak sendiri di kost daripada membeli makanan di luar. Jika ada momen promo di minimarket, saya akan memanfaatkan peluang promo dan diskon tersebut. Saya yakin, dengan sedikit kreativitas dan penghematan, bakal bisa melewati akhir bulan ini dengan baik.

Saya pun menghabiskan makan malamnya dengan perasaan lega. Perut sudah kenyang yang menambah semangat untuk menjalani hari esok. Saya yakin, dengan tekad dan usaha, pasti bisa melewati masa-masa sulit ini. Sama seperti sebelumnya. Hidup akan terus berjalan, dan anak kost pasti tidak akan kelaparan, seperti biasanya.

Malam semakin larut, saya pun bersiap untuk tidur. Dengan memejamkan mata, saya berdoa, "Tuhan, terima kasih untuk makanan hari ini. Berikan aku kekuatan untuk melewati akhir bulan ini dengan baik."

Saya yakin semua anak kost (kecuali anak orang kaya) pasti memiliki cerita sedihnya sendiri. Dan, biasanya, cerita kehidupan mereka di kost tidak jauh berbeda. Hanya ada perbedaan pada improvisasi menjalani hari-hari di tanggal tua.

Sewaktu tinggal di Ciputan, Tangerang atau di Manggarai, cerita seperti yang saya tulis di atas juga terjadi. Dan ini, tentu lebih menyedihkan. Saya ingat, suatu kali, teman satu kost dengan saya memilih berbuka di sebuah hotel. Di Jakarta, selama ramadan, cukup banyak lembaga atau organisasi yang menggelar buka puasa di hotel. Biasanya dibarengi dengan acara seminar atau bedah buka. Dan, kawan saya mengikuti acara bedah buku di sebuah hotel di kawasan Mampang Prapatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun