Temaram sinar bulan membasuh harapku. Damai hati ini memandangi terang langit dari atas jembatan gantung merah jambu. Tempat pertama kali kita bertemu. Tempat dimana aku memegangi tanganmu. Tempat dimana kau bergetar tak mampu melangkah karena gagu. Ayunan jembatan itu menjadi penolongku untuk lebih dekat denganmu. Kutuntun kau dari ketakutan itu. Hingga akhirnya hatimu lebih dekat denganku.
Sejak itu kita sering bertemu. Bulan-bulan indah kita lalui dengan status abu abu.Tanpa malu kuselalu meminta kau bersamaku. Tanpa basa basi kukatakan itu. Bukan saja karena kamu humble bagiku. Lebih dari sekedar itu. Kamu begitu kuat mengisi ruang rinduku. Menghiasi lamunanku. Bahkan memenuhi rongga-rongga ilusi di otakku. Hingga sekarang, setelah sepuluh tahun kurang satu hari berlalu. Meski tanpa sosokmu di dekatku.
Entahlah... mengapa kata perpisahan di jembatan merah jambu itu tak membuat rasaku luntur padamu. Kepergianmu ke pulau lain meruntuhkan asaku. Begitulah, tak semua hal diatur seperti yang aku mau. Kadang cara Tuhan sedikit lebih seru. Aku tak putus harap tentangmu. Aku masih merindukanmu. Meski tak pernah terdengar kabar tentangmu. Aku tak mau tahu. Aku tetap menantimu. Gumanku, dalam setiap penantian purnama di jembatan itu. Seperti janji kita yang lalu.
Malam ini, tepat sepuluh tahun aku menantimu. Kerinduanku akhirnya usang. Keputusan untuk memulai sesuatu yang baru pun kutuju. Bukan tanpa alasan. Namun lebih pada suatu keyakinan. Akan indah pada waktunya.
"Gi, terimakasih telah menungguku." Gadis manis yang dulu pernah kutuntun dari jembatan itu tersenyum padaku. Menghalau lamunanku. Memeluk erat tubuhku. Meluluhlantakkan rinduku. Mengembangkan senyuman dibibirku.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 28 Juni 2019.