Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Catatan tentang Perpustakaan Bergerak

6 Juni 2022   17:26 Diperbarui: 9 Juni 2022   01:20 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi buku Perpustakaan Pelangi (Sumber gambar: Perpustakaan Pelangi.dok).

Perpustakaan Pelangi, demikian nama perpustakaan ini. Sebuah perpustakaan desa yang terletak di belahan utara Pulau Bali. Desanya bernama Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.

Lalu, ada apa dengan perpustakaan desa ini?

Dirintis sejak tahun 2008, kini perputskaan Pelangi sudah mencapai kemajuan pesat dengan sejumlah keberhasilan yang diraihnya. Eksistensinya tetap terjaga, bahkan semakin dibutuhkan kehadirannya oleh masyarakat desa setempat.

Kemajuan Perpustakaan Pelangi

Apa saja kemajuan yang berhasil dicapai Perpustakaan Pelangi di tengah surutnya kepedulian masyarakat dengan buku bacaan? Mari kita lihat.

Pertama, berhasil menjadi Juara Nasional

Perpustakaan Pelangi berhasil menyabet gelar Perpustakaan Desa Terbaik I Tingkat Provinsi Bali pada tahun 2017. Berlanjut kemudian mengikuti lomba yang sama di tingkat nasional dan berhasil menyabet Juara III Nasional untuk kategori Perpustakaan Desa Terbaik.

Keberhasilan yang diperoleh dengan kerja keras dengan persiapan yang memakan waktu lama ini membawa nama harum perpustakaan tersebut, membawa nama harum Desa Patas, Kabupaten Buleleng, bahkan Bali pada umumnya.

Dan, setelah capaian itu, perpustakaan yang diketuai oleh Made Purnawan, dengan Bidang Pelayanan Ayu Armini ini, tidak pernah surut berbenah dan tak pernah berhenti melayani.

Bahkan, perpustakaan ini terkadang menjadi rujukan dan kunjungan para pengelola perpustakaan di wilayah Bali. Mereka hadir untuk meminta resep bagaimana memanajemeni perpustakaan ini sehingga bisa maju pesat.

Kedua, memiliki banyak koleksi buku. 

Kalau kita telisik lebih jauh, sesungguhnya masih banyak desa tidak memiliki perpustakaan, tempat warga seharusnya mendapatkan pengetahuan yang disediakan pihak desa.

Kalau pun ada yang memiliki perpustakaan, koleksi bukunya sangat terbatas. Di negeri ini masih banyak perpustakaan desa yang jumlah koleksi bukunya di bawah seribu judul.

Akan tetapi, Perpustakaan Pelangi sudah jauh melangkah maju. Lembaga yang dirintis oleh seorang pengusaha sukses setempat dan kemudian diserahkan kepada pemerintahan desa ini sudah memiliki 3.698 judul dengan 6.874 eksemplar buku.  

Koleksi buku dan berbagai sarana yang ada merupakan upaya desa, pengusaha yang peduli, pemerintah setempat, di-back up Perpusnas RI, dan masyarakat sekitar yang bahu-membahu membesarkan perpustakaan ini.

Ketiga, menjadi perpustakaan inklusi. 

Apa yang dimaksud dengan perpustakaan inklusi? Tiada lain adalah perpustakaan yang bersinergi dengan lembaga atau kegiatan lain di sekitarnya.

Dengan sinergitas itu, kehadiran perpustakaan semakin besar dampaknya pada masyarakat sekitarnya.

Misalnya, di perpustakaan dan sekitarnya ada berbagai kegiatan atau aktivitas pendukung, seperti TK-PUD, pelatihan komputer, pelatihan bahasa Inggris, pelatihan menggambar, dan  lainnya.

Sembari anak-anak atau anggota masyarakat berkegiatan seperti disebutkan di atas, mereka tidak lupa untuk hadir ke perpustakaan setempat untuk membaca buku-buku yang disukainya.

Misalnya, anak-anak TK, usai belajar dan bermain di kelas, mereka diajak untuk mengunjungi perpustakaan dan dibacakan dongeng dari koleksi perpustakaan setempat.

Manfaat kehadiran perpustakaan sangat dirasakan oleh para pemustaka. Salah seorang pemustaka, Komang Widiasih -- wanita keliharan tahun 1999,  menyampaikan kegembiraannya karena ia mendapatkan keterampilan komputer dari pelatihan yang dilaksanakan di perpustakaan ini. Keterampilan ini dimanfaatkannya untuk menambah penghasilan dengan berjualan secara online.

Demikian juga dengan Ni Kadek Nonik Dwi Mertiyani. Siswa kelahiran 2006 ini merasa bersyukur sekali mendapatkan kemampuan bahasa Inggris dengan baik setelah mengikuti kursus gratis yang diselenggarakan Perpustakaan Pelangi.

Diakuinya, setelah kursus, nilai bahasa Inggrisnya di sekolah melonjak hingga rata-rata di atas 80, bahkan nilai rapor-nya 94.

Keempat, konsisten dalam pengelolaan. 

Disadari bahwa penanganan sebuah perpustakaan tidaklah sekali jadi, sekali dibuat sesudah itu selesai. Bukan!

Dituntut konsisten dalam pengelolaannya. Tanpa konsistensi, maka perpustakaan yang dibangun lambat-laun akan sepi pengunjung dan dilupakan.

Tujuan awal untuk turut mencerdasakan masyarakat, khususnya masyarakat -- terutama anak-anak sekitar, menjadi sirna.

Bagaimana halnya dengan Perpustakaan Pelangi? Sejak dirintis tahun 2008 hingga artikel ini dibuat, Perpustakaan Pelangi menjadi perpustakaan yang semakin dikenal, melayani, dan sangat bermanfaat bagi masyarakat di sekelilingnya.

Koleksinya yang cukup banyak, pelayanan petugas yang ramah, tempatnya yang mudah diakses, tersedia wifi, nyaman, dan teduh, telah membuat anak dan para orangtua hadir di situ untuk membaca dalam keseharian, di samping untuk mengikuti berbagai lomba yang acapkali digelar perpustakaan ini pada hari-hari  besar nasional.

Pelayanan keliling yang disediakan Perpustakaan Pelangi (Sumber gambar: Perpustakaan Pelangi.dok).
Pelayanan keliling yang disediakan Perpustakaan Pelangi (Sumber gambar: Perpustakaan Pelangi.dok).

Kelima, memiliki perpustakaan bergerak. 

Tidak cukup pelayanan di tempat, perpustakaan ini juga berusaha mendekatkan akses buku kepada para pemustaka atau pembaca.

Bagaimana caranya? Cara yang ditempuh adalah dengan menyelenggarakan perpustakaan bergerak.

Perpustakaan bergerak? Ya, benar. Perpustakaan ini menyediakan layanan perpustakaan keliling (pusling) untuk mendekatkan buku kepada masyarakat.

Untuk itu, Perpustakaan Pelangi menggunakan sebuah sepeda motor roda tiga.  Dengan sepeda motor roda tiga yang box di belakangnya sarat buku itulah, Putu Tomi Wiadnyana, sang driver sekaligus pengelola perpustakaan, berkeliling desa. Ia memiliki jadwal wilayah mana akan dituju terbatas di lingkungan Desa Patas.

Sebagaimana disampaikan Putu, sasaran utama perpustakaan bergerak adalah sekolah-sekolah yang ada di desa setempat di samping tempat-tempat tertentu yang dipandang strategis.

Dengan perpustakaan bergerak ini, maka diharapkan akses masyarakat terhadap buku menjadi semakin baik. Kegemaran membaca masyarakat, terutama anak-anak bisa diwujudkan. Inilah yang dilakukan dengan tulus.

Itulah keberadaan Perpustakaan Pelangi, sebuah perpustakaan terletak di pelosok desa, jauh dari keramaian kota, tapi berkontribusi secara aktif mencerdaskan kehidupan masyarakat sekitarnya.

(I Ketut Suweca, 6 Juni 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun