Bila kugambarkan padamu
Bagaimana padatnya jalanan di lalu lintas kepalaku
Mungkin kebingungan bakal menambah beban lajuku
Karenanya aku simpan sendiri lebih jauh
Ke pelosok-pelosok kepala yang jarang dimasuki siapa pun
Lalu dimana kita berjumpa?
Mungkin di persimpangan di depan atau sudah kemarin terlewati
Diam-diam saja bila memaki dosaku
Sebab umpatku untukmu juga kutelan dibawah ingatan
Benarkah tak ada kesempatan bertemu?
Tentu ada, tapi tak ada yang bisa membaca coretan waktu
Yang tertulis oleh tinta waktu adalah huruf -huruf  yang tak terbaca
Oleh aku dan kamu yang berlumur  ribuan khilaf
Mengapa tak kau sebut khilaf itu adalah tumpukan dosa?
Aku tak mungkin memberi cap di dahimu sebagai pendosa
Sebelum aku ukir dulu di dahiku atas dosa-dosaku
Bukankah percakapan ini sudah menjawab tanyamu
Tanpa perlu aku gambarkan perjalananku padamu
Ternyata sedekat ini aku dan kamu, bicara dosa
Lebih dekat dari bayang-bayangku sendiri!