Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Aku Rindu, Bu"

24 Januari 2021   21:17 Diperbarui: 24 Januari 2021   21:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku masih saja menyicip aroma asin keringat ibuku
Saat mendulangku makan dari tangan kasarnya
Meski sudah beribu-ribu hari ia tak lagi terpeluk
Asinnya bercampur sungai airmata
Menyeduh luka dari jemari yang terus bekerja

Dalam kubangan siksa kenang
Aku membangun hari lebih keras selepasnya
Menunggu ditiap tepi fajar dan petang
Memeluknya lebih erat dalam doa didada
Menyusu pada airmatanya dulu agar lepas laparku atas rindu

Hingga keriput melukis wajah dengan lekas
Betapa kecantikan jiwanya masih terpatri
Bahkan dalam keburaman menapaki waktu
Aromanya menyelimuti tiap langkah yang seringkali tersandung
Menjadi penuntun saat tergelincir di tiap persimpangan

Tak pernah cukup sempurna untuk menggambarkan
Bahwa keringat yang jatuh, airmata yang buncah
Hanya untukku yang juga tak pernah memahami sebelumnya
Penyerahan atas jiwa raganya; untukku tumbuh besar di kehidupan
Adalah warisnya yang paling abadi
Aku rindu, Bu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun