Mohon tunggu...
EBITIYA FAJARSUBEQI
EBITIYA FAJARSUBEQI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Ebitiya Fajar Subeqi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

21 Oktober 2023   22:18 Diperbarui: 21 Oktober 2023   22:34 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pusatlks.com/raden-mas-soewardi-soerjaningrat/

Pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki relevansi dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan saat saya bersekolah ialah gagasan tentang Merdeka Belajar. Gagasan tersebut menekankan pada kebebasan dalam menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, baik bagi guru maupun siswa. Makna kemerdekaan belajar yang diusung Ki Hadjar Dewantara yaitu membentuk manusia melalui pengembangan bakat dan minatnya. Seperti saat ini, Kurikulum Merdeka yang memerdekakan peserta didik melalui pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat pada peserta didik. Pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan peserta didik dengan asesmen yang tepat.

            Di sisi lain, pembentukan karakter peserta didik perlu melibatkan Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) secara sinergis dan integral. Selain itu, pengembangan karakter peserta didik juga perlu memperhatikan perkembangan budaya bangsa sebagai sebuah keberlanjutan (kontinuitas), menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi), dan tetap memiliki sifat kepribadian di dalam lingkungan kemanusiaan sedunia (konsentris). Dalam pendidikan, seorang guru ialah pemimpin yang harus memiliki tiga sifat sesuai dengan Trilogi Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan, memberi teladan yang baik), Ing Madya Mangun Karso (di tengah, menciptakan ide dan prakarsa), dan Tut Wuri Handayani (di belakang, memberikan dorongan dan arahan). Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan bahwa pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak melalui sistem among. Kodrat tersebut vadalah kodrat alam yang berkaitan dengan sifat dan bentuk. Sedangkan, kodrat zaman berkaitan denga nisi dan irama.

            Ki Hajar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini  menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia, jadi harus disaring dan diselaraskan diselaraskan dulu. Indonesia memiliki kekuatan konteks konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya). Sosiokultural merupakan gagasan-gagasan, kebiasaan, keterampilan, seni dan alat yang memberi ciri pada sekelompok orang tertentu pada waktu tertentu. Beberapa nilai-nilai luhur budaya Magetan yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara antara lain:

  • Kearifan Lokal, pemikiran KHD dapat mengkontekstualkan nilai-nilai kearifan lokal ini dalam pembelajaran untuk memperkuat karakter peserta didik.
  • Kebersamaan dan Kekeluargaan, meliputi kehidupan beragama yang kuat, kebersamaan dalam gotong royong, dan penghormatan terhadap leluhur. Pemikiran KHD juga menghargai nilai-nilai luhur budaya sebagai landasan dalam pembentukan karakter peserta didik.
  • Keberagaman Budaya, pemikiran KHD mendorong penghargaan terhadap keberagaman budaya sebagai sumber pembelajaran yang berharga bagi peserta didik

Contoh konkret aktualisasi nilai-nilai luhur di atas dengan budaya daerah kabupaten Magetan yaitu:

  • Kegiatan Bersih Desa, sebagian orang menyebutnya dengan sebutan syukuran, sedekah bumi, selametan atau nyadran. Tradisi ini dilakukan oleh Masyarakat Magetan untuk memohon keselamatan, Keserdehanaan dan kesejahteraan yang digelar setelah masa panen sebagai perwujudan rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Magetan memiliki nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan dan kodrat alam sesuai desa masing-masing.
  • Tradisi tahunan yang menarik lainnya di Kota Magetan adalah Ledhug Suro. Tradisi ini merupakan perayaan dalam menyambut tahun baru Islam (Hijriyah), yang dimulai pada 1 Muharam atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Ledhug adalah sebuah singkatan dari Lesung Suro dan Bedug Muharam. Ledhug merupakan kesenian musik tradisional khas kota Magetan. Tradisi Andum Berkah Bolu Rahayu mempunyai tumpeng raksasa yang terbuat dari kue bolu. Tradisi ini menunjukkan bahwa Masyarakat Magetan memiliki nilai-nilai kesederhanaan, keserhanaan dan kodrat alam yaiyu makanan dari Magetan.
  • Kegiatan Pawai Budaya, kegiatan ini menggambarkan keberagaman kebudayaan kerajaan dan keraton yang ada di Indonesia tempo dulu. Filosofi dan konsep dasar dari pawai ini adalah keunikan budaya dan sebagai titik temu berbagai kebudayaan yang beragam. Meski beragam, pawai budaya ini tetap menghasilkan harmonisasi. Kegiatan ini mencerminkan kebersamaanaan dan kekeluargaan serta memaknai Bhineka Tunggal Ika. Disisi lain, kegiatan pawai budaya juga menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu:
    • Memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho). Pada kegiatan pawai, barisan depan berisi berbagai budaya yang menggambarkan kepribadian bangsa Indonesia yang ramah dan unik sehingga memberikan contoh yang baik.
    • Membangun semangat (ing madyo mangun karso). Pada barisan kedua, terdapat marching band yang membawakan lagu-lagu nasional yang mempunyai lirik yang membangkitkan semangat peserta didik.
    • Memberikan dorongan (tut wuri handayani). Pada barisan terakhir, bapak ibu guru senantiasa memberikan dorongan kepada peserta didik agar tidak putus asa untuk sampai di garis finish.
  • Tradisi Gunungan Klepon, Tradisi ini dilaksanakan di desa Panekan Magetan. Gunungan klepon merupakan bentuk filosofi dari kerja keras yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan kesejahteraan hidup. Untuk mencapai cita-cita harus kerja keras dan ulet yang ditimbulkan dengan uletnya klepon. Hasil kerja yang ulet itu pasti manis seperti isi klepon. Tradisi ini mencerminkan bahwa Masyarakat Magetan memiliki keuletan, kerja keras serta kebersamaan.

Selain sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya), Ki Hajar Dwantara berpendapat bahwa budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh pendidik seperti menerapkan pembelajaran yang merdeka, memanusiakan manusia dan berorintasi pada peserta didik, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan karakteristik dan kemampuan peserta didik dan terintegrasi dengan budaya, serta membangun dan memananamkan hubungan demokratis humanis di kelas.

Dari berbagai paparan di atas saya merefleksikan diri yaitu kegiatan belajar yang saya lakukan sebelum mempelajari ini adalah masih belum menerapkan sepenuhnya pembelajaran menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru dan masih expository serta belum sesuai dengan kodrat anak. Akhirnya menyadari bahwa setiap anak itu istimewa dengan kompetensi-kompetensi yang mereka miliki. Saya akhirnya mengerti bahwa tugas kita bukan hanya mengajar, mentransfer ilmu tapi juga mendidik mereka sesuai kompetensi yang mereka miliki. Membiarkan mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya. Mempersiapkan mereka menjadi generasi yang tangguh dan mampu menghadapi tuntutan di masa depan. Semenjak anak itu lahir, mereka bukan hanya kertas putih tanpa goresan. Sejatinya mereka lahir dengan goresan-goresan yang masing-masing anak berbeda. Dengan pendidikan inilah, sebagai pendidik tugas kitalah yang membuat goresan-goresan baik yang dulunya samar itu menjadi tebal, dan mengaburkan goresan-goresan mereka yang kurang baik menjadi tidak mendominasi dalam kehidupan mereka nantinya. Kita harus selalu mendedikasikan diri kepada anak, sesuai istilah Ki Hajar Dewantara yaitu "menghamba kepada anak" yang artinya lebih menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun habit anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca. Menciptakan sekolah adalah taman yang menyenangkan. Karena sesuai kodrat anak adalah bermain, maka setiap pembelajaran dilakukan dengan permainan sehingga anak merasa nyaman. Menjadi teladan yang patut dicontoh, memberikan semangat dan motivasi dalam setiap Langkah mereka dan mendorong mereka menjadi generasi terbaik. Hal yang dapat segera terapkan agar lebih baik adalah

  • Merancang/membuat pembelajaran yang berdiferensiasi, berbudaya dan bmerdeka sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa.
  • Menerapkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan abad 21 yaitu meliputi keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration).
  • Tidak memaksakan anak untuk hanya menghafal materi, tapi menuntun anak untuk menemukan sendiri pengetahuannya dengan menerapkan pembelajaran discovery learning sehingga anak menjadi lebih paham karena berdasarkan pengalamannya sendiri.  
  •  Memberikan teladan yang baik, senantiasa memberikan semangat dan motivasi serta mendorong mereka untuk meraih cita-citanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun