Mohon tunggu...
dzuliqa romiliaputri
dzuliqa romiliaputri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa program studi pendidikan bahasa indonesia

Saya baru mencoba untuk membuat suatu karya tulisan

Selanjutnya

Tutup

Book

Sinopsis dan Unsur Intrinsik Novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu

18 Desember 2023   02:30 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:48 18774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

b)Pagi ini keadaan rumah benar-benar kacau. Semuanya ribut dengan langkah kaki masing-masing. Sampai Windu pun rela terlambat ke sekolah hanya untuk menyusuri kebun, dan Apta yang rela dimarahi para petani karena kalang kabut berlarian tanpa tahu arah. Ternyata Hartono hilang. Sejak Subuh tadi suara kokoknya tidak terdengar sama sekali. (hal 222)

2)Siang

a)Siang itu, keseruan permainan kelereng membuat mereka sejenak melupakan kesedihan Ibu yang kini menangis sambil menatap kosong ke langit-langit kamar. Bapak memutuskan pergi mencari obat untuk Ibu, dan membuat tangisan Ibu semakin pilu karena Bapak tidak sadar dengan kesalahannya sendiri. Bahkan Simbah pun hanya mampu mengusap bahu Ibu, berharap agar tangisannya mereda. Sebab untuk sekadar memberikan saran pun, Simbah takut salah bicara. Ratna-Ibu itu mencintai Purnomo melebihi rasa cintanya pada diri sendiri. (hal 18)

b)Siang ini cuaca memang tidak secerah biasanya. Sebab sejak pagi, hujan turun dan baru selesai pukul sembilan tadi. Alhasil, walaupun sekarang sudah menunjukkan pukul dua belas, langit tetap redup ditutupi awan mendung. (hal 40)

c)Siang-siang begini, Dewangga sudah disuguhi pemandangan indah yang selalu berhasil membuat bunga-bunga bermekaran di hatinya. Walaupun agak tidak keren bertemu di warung dengan penampilan seperti ini, Dewangga tidak peduli, toh mau bagaimana pun penampilannya, dia akan selalu kelihatan ganteng di mata gadis itu. (hal 146)

3)Sore


a)Rasanya sore ini benar-benar sendu. Langit mendadak mendung sebab awan hitam menutupi cahaya matahari. Angin berembus kencang, seakan-akan ingin menyapu habis siapa pun yang berdiri di sana. Bumi mungkin sedang marah, bahkan pertengahan bulan kemarin, bumi juga sempat mengguncang kota meski guncangan tidak separah yang terjadi hari ini. Tapi tetap saja, siapa pun pasti akan ketakutan ketika mendapati bumi melepaskan amarahnya. (hal 172)

b)Sore ini Hartono sedang duduk manis di teras rumah dan menyandarkan kepalanya di paha Apta. Keduanya sama-sama sedang dilanda sakit hati dengan persoalan yang berbeda. Walaupun tidak separah Apta, Hartono juga sama sakitnya mendengar kebohongan dari mulut Maryati-ayam betina tetangga yang merangkap jadi pacarnya beberapa hari lalu. Sedangkan setahu Hartono, Apta sedang sakit hati karena ulah Bapak tadi pagi. (hal 192)

c)Tidak ada angin tidak ada hujan, mendadak semua dibuat heran sekaligus senang oleh Bapak. Sore ini, setelah semua berkumpul di rumah, Bapak mengajak Simbah dan anak-anak untuk menjenguk peristirahatan terakhir sang Istri. (hal 241)

d)Sore ini, seharusnya Apta dan anak-anak pergi mencari Hartono lagi sesuai jadwal. Tetapi karena siang tadi terjadi gempa bumi; alhasil Bapak tidak mengizinkan mereka untuk pergi. Apalagi Apta yang memang hampir membuat Bapak menyesal karena nyaris saja tertimpa genting rumah saat gempa bumi berlangsung. (hal 265)

4)Malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun