Mohon tunggu...
dzuliqa romiliaputri
dzuliqa romiliaputri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa program studi pendidikan bahasa indonesia

Saya baru mencoba untuk membuat suatu karya tulisan

Selanjutnya

Tutup

Book

Sinopsis dan Unsur Intrinsik Novel Laut Pasang 1994 karya Lilpudu

18 Desember 2023   02:30 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:48 19196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

b)Sepanjang jalan menuju pasar, Bapak diam-diam melirik tangan Windu yang ternyata tanpa ia sadari, sudah menyentuh pinggang Bapak. Bapak tahu, Windu pasti malu, Windu canggung karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka bisa sedekat ini lagi. Berbeda dengan dulu. Bapak bahkan bisa lupa untuk pulang, Bapak sengaja mengasingkan diri dari anak-anak karena kelakuannya sendiri. (hal 252)

8)Warung

a)Melihat Laras melangkah dengan pandangan tertunduk, Dewangga benar-benar kehilangan kata-kata. Dengan perasaan campur aduk, Dewangga pergi ke dalam warung, meninggalkan bapak yang masih berdiri di depan sana.

"Jangan Cuma karena masalah sepele seperti ini, hatimu jadi semakin keras, Dewangga. Ingat, kamu masih butuh Bapak." (hal 152)

b)Pulang dari warung, sambil menenteng termos dan karpet gulung, Apta dibuat bingung dengan pemandangan di hadapannya sekarang. Di mana terlihat sangat jelas saudara-saudaranya sedang berkumpul di teras rumah bersama kuas serta cat yang entah mereka gunakan untuk apa. (hal 167)

c.Suasana


1)Bahagia

a)Suasana makan berubah menjadi hangat. Apalagi ketika perbincangan santai mereka yang dimulai saat Esa bercerita tentang Sekolah, ditambah Apta yang semakin memanas-manasi suasana, dan Simbah yang hanya bisa tertawa mendengar Apta bercerita. Apta memang nakal tapi ia paling bisa mencarikan suasana. (hal 15)

b)"Assalamu'alaikum."

Seketika Nadi, Dewangga dan juga Apta yang kebetulan masih berada di luar rumah, bersorak gembira begitu mata mereka menemukan Bapak sedang berjalan menuju rumah.

Senyuman Bapak selalu yang paling ceria di mata mereka walaupun setelah seharian bekerja. Karena mau selelah apa pun Bapak, kalau sudah sampai di rumah dan disambut oleh senyuman gembira dari anak-anak, rasa lelah itu langsung luntur dalam sekejap. Seperti sekarang contohnya, saat di mana Apta, Dewangga, juga Nadi, berlari ke arah Bapak kemudian memeluknya seerat mungkin.(hal 56)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun