Cara mengatasinya mencakup terapi kognitif-perilaku, pengembangan self-compassion, mindfulness, dukungan sosial, dan pengaturan standar realistis. Penelitian mendukung bahwa intervensi ini efektif menurunkan self-blame dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.
Jadi stop self blaming karena ada banyak hal yang diluar kendali kita dengan tetap intropeksi diri memperbaiki diri dan menikmati proses
📑 Ringkasan Self-Blame (Menyalahkan Diri Sendiri Berlebihan)
AspekUraian SingkatReferensi IlmiahPengertianSelf-blame adalah kecenderungan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan atas kejadian negatif, meski tidak sepenuhnya tanggung jawabnya. Dibagi dua: behavioral self-blame (menyalahkan tindakan) & characterological self-blame (menyalahkan karakter diri).Janoff-Bulman (1979), Journal of Personality and Social PsychologyCiri-ciri- Merasa bersalah terus-menerus - Mengambil tanggung jawab berlebihan - Keyakinan “aku selalu salah/tidak layak” - Perfeksionisme tinggi - Ruminasi (memutar ulang kesalahan masa lalu) - Harga diri rendahStoeber & Otto (2006), Personality and Social Psychology ReviewPenyebab- Pengalaman masa kecil penuh kritik / pola asuh keras - Trauma / pelecehan - Perfeksionisme & standar tinggi - Budaya yang menekankan rasa malu - Gangguan mental (depresi, PTSD, kecemasan)Brewin et al. (2000), Journal of Consulting and Clinical Psychology Gilbert & Irons (2005), Cognitive Therapy and ResearchDampak- Meningkatkan risiko depresi & kecemasan - Menurunkan self-esteem - Sulit mengambil keputusan - Hubungan sosial terganggu - Risiko self-harm / self-punishment - Hambatan proses healing dari traumaKubany et al. (1995), Psychological AssessmentCara Mengatasi- Terapi: CBT, Compassion-Focused Therapy, terapi trauma - Self-compassion: jurnal apresiasi diri, bahasa positif untuk diri sendiri - Mengurangi perfeksionisme: standar realistis, fokus pada proses - Mindfulness: meditasi, pernapasan sadar, regulasi emosi - Dukungan sosial: sharing dengan orang tepercaya, support groupNeff & Germer (2013), Journal of Clinical Psychology Raes et al. (2011), Clinical Psychology & Psychotherapy
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI