Mohon tunggu...
Dyna Analysa
Dyna Analysa Mohon Tunggu... Penulis cerita

minat membaca dan menulis tentang informasi dan wawasan terutama terkait dengan bidang lingkungan dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stop Blaming Yourselfw

4 Oktober 2025   09:46 Diperbarui: 4 Oktober 2025   09:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cara mengatasinya mencakup terapi kognitif-perilaku, pengembangan self-compassion, mindfulness, dukungan sosial, dan pengaturan standar realistis. Penelitian mendukung bahwa intervensi ini efektif menurunkan self-blame dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Jadi stop self blaming karena ada banyak hal yang diluar kendali kita dengan tetap intropeksi diri memperbaiki diri dan menikmati proses

📑 Ringkasan Self-Blame (Menyalahkan Diri Sendiri Berlebihan)

AspekUraian SingkatReferensi IlmiahPengertianSelf-blame adalah kecenderungan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan atas kejadian negatif, meski tidak sepenuhnya tanggung jawabnya. Dibagi dua: behavioral self-blame (menyalahkan tindakan) & characterological self-blame (menyalahkan karakter diri).Janoff-Bulman (1979), Journal of Personality and Social PsychologyCiri-ciri- Merasa bersalah terus-menerus - Mengambil tanggung jawab berlebihan - Keyakinan “aku selalu salah/tidak layak” - Perfeksionisme tinggi - Ruminasi (memutar ulang kesalahan masa lalu) - Harga diri rendahStoeber & Otto (2006), Personality and Social Psychology ReviewPenyebab- Pengalaman masa kecil penuh kritik / pola asuh keras - Trauma / pelecehan - Perfeksionisme & standar tinggi - Budaya yang menekankan rasa malu - Gangguan mental (depresi, PTSD, kecemasan)Brewin et al. (2000), Journal of Consulting and Clinical Psychology Gilbert & Irons (2005), Cognitive Therapy and ResearchDampak- Meningkatkan risiko depresi & kecemasan - Menurunkan self-esteem - Sulit mengambil keputusan - Hubungan sosial terganggu - Risiko self-harm / self-punishment - Hambatan proses healing dari traumaKubany et al. (1995), Psychological AssessmentCara Mengatasi- Terapi: CBT, Compassion-Focused Therapy, terapi trauma - Self-compassion: jurnal apresiasi diri, bahasa positif untuk diri sendiri - Mengurangi perfeksionisme: standar realistis, fokus pada proses - Mindfulness: meditasi, pernapasan sadar, regulasi emosi - Dukungan sosial: sharing dengan orang tepercaya, support groupNeff & Germer (2013), Journal of Clinical Psychology Raes et al. (2011), Clinical Psychology & Psychotherapy

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun