Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Esensi Pesan yang Tersampaikan

30 April 2023   03:01 Diperbarui: 30 April 2023   06:17 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sederhana sajalah, kawan
Tak usah risau bergundah gulana
Karena memang begitulah hidup dan kehidupan
Saat ini, dulu, dan mungkin pula nanti
Belum ada yang suci murni nan hakiki
Seperti yang dimaui Ilahi

Suci murni, masih bersemayam di dalam ruh kata itu sendiri
Belum membumi

Untuk apa mengejar label, atribut, tanda penyematan, dan pentasbihan?
Apakah hanya demi sebuah pengakuan?
Demi kebanggan, ataukah demi mendapatkan imbalan?
Itu saja yang patut ditanyakan dan berikanlah jawaban
Sebenar-benar jawaban yang sungguh benar adalah jawaban
Bukan asal, apalagi hanya kepura-puraan belaka

Adakah jurnalistik yang independen di bumi ini
yang sunngguh benar menegakkan prinsip-prinsip yang diembannnya?
Adakah?
Dimana itu?
Di sinikah?

Ah, kita ini sedang bersandiwara
Pandai-pandailah memerankan lakon yang tengah dijalani
Yang paling penting, esensi pesan tersampaikan
Itu saja!
Mau silakan, tidak pun silakan
Dibreidel, silakan!
Sebab, tiada paksaan di dalam memilih pilihan hidup
Dalam sebuah tatanan hidup

Tuhan saja, tak pernah memaksa pada umatnya
Mengapa manusia harus risau bergundah gulana?
Manakala uneg-uneg yang tersembul dari dalam jiwa
Diabaikan, ditolak, bahkan diberangus?
Mengapa?

Agamapun, masih berkutat di dalam kata itu sendiri
Tak pernah mengejawantah, membumi dalam wujud  nyata, senyata-nyatanya ...
Apalagi yang ini, yang di sini ini ...

Semoga!

*****

Kota Malang, dini hari saat menyongsong fajar di penghujung April, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun