elok parasmu mengundang pesona para jahanam penjuru jagad, tuah manis semanis madu giurkan para bandit serakah, berlomba menjadi pemenang berjubah aulia laksana pemelihara
padahal, watak durjanalah yang tersimpan di balik tabir kelambu yang sewaktu-waktu mencengkeram lantaran jerat bujuk rayu
di saat bius telah tertabur pancaran pesonamu pun jadi redup, memantulkan kegalauan dan ketidakpastian arah hendak kemana bahtera dilabuhkan
hujan badai hantam menghunus, mengawali gelap sesat bagai lingkaran tak berujung tak berpangkal
semburat tumpahan ragam warna adalah akhir dari muara
carut marut berkalang kabut
menjadi persaksian sejarah
berat diurai, karena telah akutÂ
dan, pemulihan masih dianggap tak niscaya
rona cahaya kemerahan yang telah jadi prasasti pemantul kisah tersohor bergelimang jamrud, tak lagi terpancar...
purnamaku elok nian yang dulu berlalu, kini sudah redup tak berpendar cahaya lagi...
nafsu angkara kian melanda berujud bencana segala
dari manakah kini harus dimulai
saat kesucian sudah menjadi basi..?