Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ironi "Pahlawan Devisa"

14 Desember 2018   16:45 Diperbarui: 16 Desember 2018   01:50 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kuingatkan kepada penguasa, mikro kecil menengah dan tertinggi mahabesar...

betapa bangsa ini sudah tak lagi bersyukur dan ingkar nikmat atas anugerah Ilahi, kekayaan alam ratna mutu manikam melimpah ruah yang tak tertandingi oleh belahan bumi manapun, jadi terbengkelai percuma begitu kita masih dinyatakan sebagai bangsa miskin, miskin dan miskin !

penguasa sang penyelenggara tatanan kehidupan bangsa masih sibuk mengurus diri dan supremasi, lena terhadap pesan suci ibu pertiwi di kala telah mendapatkan posisi berkesempatan nan berkesanggupan atas nasib jutaan jiwa yang wajib dipelihara

menuju bangunan kehidupan yang memancarkan saling kasih sayang saling memakmurkan, sebagai pengejawantahan atas anugerah sang pembimbing kehidupan tiada banding dengan segala isyarat yang telah terkodifikasi dan berujud bukti

kemanakah nuranimu wahai penguasa? merestui para perempuan ibu kita diberdaya dieksploitasi menjadi babu di negeri orang? tak cukupkah harta yang kita miliki untuk menghidupi para perempuan ibu kita serta keluarga batihnya jadi sejahtera? tak cukupkah?

laikkah mereka ditasbihkan sebagai pahlawan devisa negara..? 

pernahkah terlintas dalam benakmu hai penguasa, bahwa dalam hal apapun dan tak secuilpun kita ini, menjadi tuan di negeri sendiri meski teramat melimpah ruah harta yang kita miliki sebagai anugerah Ilahi...

(kudedikasikan jeritan hati ini, kepada nasib para perempuan Indonesia yang masih terabaikan dan harus rela bekerja di negeri orang, bukan berkategori sebagai tenaga ahli)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun