Mohon tunggu...
Dyah Retna Prabaningrum
Dyah Retna Prabaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada. Awardee LPDP. Tertarik dengan ilmu pengetahuan dan kegiatan menulis, hobi membaca buku fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

World Bipolar Day : Jangan Hakimi ODB, Mereka Sudah Cukup Terhakimi Oleh Pikirannya Sendiri

30 Maret 2025   12:24 Diperbarui: 30 Maret 2025   12:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bipolar (Sumber : Freepik.com)

Hari Bipolar Sedunia dapat menjadi pengingat bagi ODB bahwa mereka mampu melalui waktu demi waktu untuk survive. World Bipolar Days tidak sekadar acara seremoni semata, namun memberikan kesadaran bahwa ODB dapat hidup normal dengan penanganan profesional. Di Indonesia gangguan kejiwaan masih memiliki stigma kurang baik. Anggapan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan jauh dari tuhan dan tidak pandai bersyukur masih umum terjadi dalam masyarakat kita. Padahal gangguan bipolar merupakan penyakit yang menyerang sistem otak dengan mempengaruhi fungsi otak dan genetik (Rachim& Wibowo, 2024). Secara garis besar penyebab gangguan bipolar dibagi menjadi tiga yaitu faktor genetik, neurokimia, dan lingkungan/sosial (Ramadani et al., 2024). Hal ini menunjukkan bahwa secara sains memang gangguan bipolar dapat dijelaskan.

Jangan Hakimi ODB dengan sebutan kurang bersyukur. Karena hal tersebut hanya akan memperparah keadaan mereka. Alih-alih melakukan hal tersebut mari bantu saudara kita untuk melewati masa depresi dan manik/hipomaniknya. ODB dalam keadaan depresi sudah cukup terhakimi oleh pikirannya sendiri. Dalam kondisi yang parah bahkan hal ini menghilangkan keinginannya untuk hidup. Jangan Hakimi ODB, karena dengan berbagai faktor penyebabnya, ia telah melewati masa yang sulit. Bahkan untuk bertahan dari keinginan menyakiti diri atau -dalam kondisi lebih parah- upaya bunuh diri, mereka harus berusaha keras. Meskipun berdoa, beribadah, dan bersyukur dapat menjadi hal yang membantu meringankan fase pada bipolar. Namun, seperti ulasan sebelumnya bahwa ketidakseimbangan hormon pada otak adalah penyebab bipolar. Maka ketidakseimbangan ini harus ditangani dengan tenaga profesional.

ODB masih dapat hidup dengan normal dengan penanganan profesional. Misalnya dengan farmakoterapi yang membantu menyeimbangkan hormon dalam otak. ODB masih mampu berprestasi dan berkontribusi untuk sesama. Aspek kognitif ODB masih dapat bekerja dengan baik bila ditangani sedini mungkin. Hal ini memberikan harapan kepada mereka agar dapat melanjutkan cita-citanya. Cita-cita yang mungkin saja dianggap mustahil oleh sebagian orang. Namun dengan dukungan sosial yang baik dan penanganan profesional, ODB dapat menjalani aktivitasnya dengan optimal. Mari dukung saudara ODB kita untuk melewati fase depresi atau manik/hipomanik yang mereka alami. Karena sebagai individu mereka juga layak untuk menjalani hidup dengan berkualitas.

Selamat Hari Bipolar Sedunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun