Mendidik anak di era digital adalah tantangan sekaligus peluang. Perubahan zaman menuntut orang tua untuk tidak hanya sekadar mengarahkan, tetapi juga menjadi pendamping yang bijak dan berempati. Di tengah hiruk pikuk metode parenting modern, esensi ajaran spiritual, seperti yang termaktub dalam Surah Ali Imran ayat 159, menawarkan panduan timeless yang relevan.
Mengutip dari seminar Neuroparenting Dr. Aisyah Dahlan, ayat ini memberikan fondasi utama bagi orang tua: pentingnya bersikap lemah lembut. Ayat tersebut berbunyi:
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, serta bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
Ayat ini secara jelas menegaskan bahwa sikap keras dan kasar hanya akan membuat anak menjauh. Jarak emosional ini bisa menjadi celah bagi pengaruh buruk seperti perilaku berisiko, yang berpotensi memicu masalah serius di masa depan. Ironisnya, seringkali kita lebih mudah bersikap lembut kepada anak orang lain, sementara kepada anak sendiri, kita cenderung lebih keras.
Lalu, bagaimana cara menerapkan kelembutan ini dalam praktik sehari-hari, terutama saat menegur?
1. Teknik Menegur "Satu Menit": Singkat dan Berharga
Salah satu metode efektif yang disoroti adalah "Teknik Menegur Satu Menit". Teknik ini memecah proses teguran menjadi dua fase singkat, masing-masing 30 detik, yang memastikan pesan tersampaikan tanpa melukai harga diri anak.
30 Detik Pertama: Tegur Perilaku dengan Lembut. Fokus pada tindakan yang salah, bukan pada kepribadian anak. Sampaikan kekhawatiran dan kasih sayang Anda. Contoh: "Adek, Mama khawatir sekali karena Adek pulang terlambat hari ini." Hindari kalimat negatif yang menyudutkan, seperti "Adek ini selalu bikin Mama marah aja karena pulang terlambat."
30 Detik Kedua: Puji Perilaku Positifnya. Segera setelah teguran, ingatkan anak tentang sisi baiknya. Kalimat pujian ini berfungsi mengembalikan harga diri mereka dan menegaskan bahwa yang Anda tegur adalah perilakunya, bukan dirinya secara utuh. Contoh: "Padahal biasanya Adek selalu rajin dan tepat waktu kalau pulang."
Teknik ini sangat efektif karena: