Mohon tunggu...
Djono W. Oesman
Djono W. Oesman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati masalah sosial

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Parricide Sadis, Dhio Racun Ortu dan Kakak

30 November 2022   08:46 Diperbarui: 30 November 2022   08:57 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Reza Alfian Maulana. Harian DISWAY

Berdasar data Parricide Prevention Institute, lembaga penelitian yang didirikan Dr Sherry A. Thompson, Parricide umumnya dilakukan anak usia 8 sampai 24 tahun. Ada lima motif pelaku:

1)  Masalah kontrol (38 persen). Pelaku merasa dikontrol terlalu ketat oleh ortu. Sehingga pelaku merasa tertekan. Misal, pembatasan penggunaan telepon, telepon disita ortu, pembatasan pergaulan dengan teman tertentu.

2)  Masalah uang (10 persen). Pelaku mengincar uang milik ortu. Misal, masalah warisan, masalah asuransi jiwa ortu, menginginkan uang untuk pesta yang tidak disetujui ortu.

3)  Penghentian penyalahgunaan miras dan narkoba (8 persen). Ortu berubapa menghentikan anak kecanduan miras atau narkoba, lalu ortu dibunuh anak.

4)  Kemarahan mendadak (8 persen). Latar belakang kemarahan beragam. Bisa karena suatu kasus, atau masalah yang sudah bertumpuk-tumpuk.

5)  Menginginkan kehidupan yang berbeda (7 persen). Pelaku menginginkan bentuk kehidupan berbeda, tapi ortu melarang. Misal, pelaku ingin tinggal dengan orang tua asuh. Karena, sebelumnya pelaku sempat dirawat ortu asuh.

Sisanya (29 persen) tak terdeteksi pada riset yang digelar Parricide Prevention Institute.

Makalah Thompson yang hasil riset itu, sebenarnya membantah teori sebelumnya, bahwa pembunuhan anak terhadap ortu, akibat anak ingin mengakhiri pelecehan ortu terhadap anak. Menurut Thomson, motif itu nyaris tidak ditemukan pada riset.

Kalau pun di riset lain ada, atau pernah terjadi anak yang dilecehkan ortu kemudian balas membunub ortu, jumlahnya sangat kecil. Jadi, dianggap tidak mewakili motif.

Di kasus Magelang, para tetangga keluarga Abas dalam wawancara dengan wartawan, mengatakan, tidak menduga Dhio tega membunuh begitu rupa. Karena, Dhio dikenal baik dan pendiam.

Kepala Desa Mertoyudan, Eko Sungkono, yang tetangga korban selama 20 tahun ini, kepada pers mengatakan: "Saya enggak nyangka. Kok bisa? Kami enggak pernah dengar kejanggalan-kejanggalan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun