Mohon tunggu...
Dwi Yuliani
Dwi Yuliani Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hoax Menjadi Konsumsi Baru Masyarakat di Media Sosial

4 Januari 2020   18:00 Diperbarui: 4 Januari 2020   19:50 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hoax bertujuan untuk membuat opini publik, menggiring opini publik, membentuk pemahaman/tanggapan juga untuk bersenang-senang yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media sosial. Tujuan penyebaran hoax beragam tapi pada umumnya hoax disebarkan sebagai bahan lelucon atau sekedar iseng, menjatuhkan pesaing, promosi dengan penipuan, ataupun ajakan untuk berbuat amalan-amalan baik yang sebenarnya belum ada dalil yang jelas di dalamnya. Namun ini menyebabkan banyak penerima hoax terpancing untuk segera menyebarkan kepada orang lain sehingga akhirnya hoax ini dengan cepat tersebar luas (Rahadi, 2017).

Menurut pandangan psikologis, ada dua faktor yang menyebabkan pengguna cenderung mudah percaya pada informasi hoax yaitu pertama, orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini/pendapat atau sikap yang dimiliki dirinya sendiri (Rahadi, 2017). Contohnya jika seseorang penganut paham bumi datar memperoleh artikel yang membahas tentang berbagai teori konspirasi mengenai foto satelit maka secara naluri orang tersebut akan mudah percaya karena mendukung teori bumi datar yang diyakininya. Kedua, secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat pengakuan sehingga cenderung tidak akan mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar atau salah. Bahkan mudah saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut. Hal ini dapat diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet guna mencari informasi lebih dalam atau sekadar untuk cek dan ricek fakta (Rahadi, 2017).

Untuk menanggulangi hoax, berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat :

  1. Masyarakat harus lebih kritis dan juga lebih terbuka terhadap berbagai pandangan.
  2. Masyarakat perlu memiliki kemampuan literasi digital. Literasi digital tidak hanya sebuah kemampuan untuk menggunakan informasi dalam bentuk digital saja, tetapi pengguna yang notabene adalah sebagai masyarakat informasi, harus mempunyai kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi berbagai informasi yang diterima sehingga akan terbentuk masyarakat yang berkualitas. Masyarakat tidak hanya sekedar menerima informasi tetapi dengan kemampuan literasi digital mereka akan bisa membedakan antara informasi yang benar dan informasi yang salah (Mudawamah, 2018).

Tips-Tips Mengatasi Hoax
Agar masyarakat yang menggunakan media sosial dapat mengatasi hoax, berikut tips-tips mengatasi hoax seperti yang dilakukan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) (Yogiswari & Suadnyana, 2019) :

  1. Masyarakat berhati-hati terhadap judul yang provokatif, karena ini digunakan untuk menarik perhatian agar masyarakat membaca berita hoax tersebut. Sebaiknya cari referensi berita serupa dari situs berita resmi dan membandingkan isinya.
  2. Mencermati alamat situs yang belum dikonfirmasi atau diperiksa sebagai pers resmi seperti domain blog.
  3. Memeriksa fakta dan jangan terpengaruh pada pendapat yang membuat hoax.
  4. Cek keaslian foto di google images dan temukan berita yang asli.
  5. Masyarakat disarankan untuk mengikuti grup diskusi tentang hoax di facebook seperti Indonesian hoaxes, atau di media atau aplikasi lain. Jangan lupa untuk melaporkan berita hoax tersebut agar orang lain tidak menjadi korban (Yogiswari & Suadnyana, 2019).

Kesimpulan
Masyarakat dalam menggunakan media sosial secara bijak agar tidak menjadi pencipta ataupun penyebar hoax. Ketika mendapatkan informasi masyarakat harus teliti dan menggunakan tips-tips mengatasi hoax untuk mengetahui informasi yang diterima hoax atau informasi benar.

*) Penulis adalah mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. (2018). Peleburan Realitas Nyata dan Maya: Hoax Menjadi Budaya Konsumtif Masyarakat Global. Jurnal Sosiologi Agama, 12(2), 245-260.
Kominfo. 2019. "Sepanjang November 2019, Kemenkominfo Indentifikasi 260 Hoaks". Kominfo.go.id. 2019. https://www.kominfo.go.id/content/detail/23068/sepanjang-november-2019-kemenkominfo-identifikasi-260-hoaks/0/sorotan_media
Librianty, Andina. 2018. "Survei: Media Sosial Jadi Sumber Utama Penyebaran Hoax." Liputan6.Com. 2019. https://www. liputan6.com/tekno/read/2854713/survei-media-sosial-jadi-sumber-utama-penyebaran-hoax.
Marsono. (2019, June). Berita Palsu (Hoax) Dalam Perspektif Pancasila. In Seminar Nasional Filsafat (SENAFI) I (p. 154).
Mudawamah, N. S. (2018). Membekali Diri Untuk Menghadapi Fenomena Post-truth. Indonesian Journal of Academic Librarianship, 2(2), 21-28.
Pakpahan, R. (2017). Analisis Fenomena Hoax Diberbagai Media Sosial dan Cara Menanggulangi Hoax. Konferensi Nasional Ilmu Sosial dan Teknologi, 1(1).
Rahadi, D. R. (2017). Perilaku pengguna dan informasi hoax di media sosial. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 5(1).
Websindo. 2019. "Indonesia Digital 2019 : Media Sosial". Websindo.com. 2019. https://websindo.com/indonesia-digital-2019-media-sosial/
Yogiswari, K. S., & Suadnyana, I. B. P. E. (2019, June). Hoax Di Era Posttruth Dan Pentingnya Literasi Media. In Seminar Nasional Filsafat (SENAFI) I (p. 173).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun