Mohon tunggu...
Dwi Surya Ningsi Rais
Dwi Surya Ningsi Rais Mohon Tunggu... Freelancer - Terbanglah Jangan Lelah

Lakukan! Sampai Kamu Tidak Bisa. Jangan Putus Asa dalam Menyebar Kebaikan, Meski itu Sekecil Biji Dzarrah...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Sekuat Dirimu

12 Juli 2021   23:36 Diperbarui: 13 Juli 2021   08:35 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/illustrations/jendela-gadis-sendirian-wanita-5850628/

             Lonceng berbunyi diiringi teriakan girang siswa sambil merapikan meja, memberi salam selamat tinggal sembari berlari-lari kecil. Berbeda dengan sosok gadis yang tengah duduk di samping jendela, menatap kawan-kawan yang begitu ceria. Ketika lonceng terkahir berbunyi, ia hanya termenung dan sesekali menghembuskan nafas.

            Datang seseorang  menghampirinya, "Diana? kenapa belum pulang? kelas akan ditutup" kataya sembari menepuk bahunya. Diana hanya tersenyum dan mulai merapikan tas. Langkahnya terasa berat tuk meninggalkan ruangan itu, ia lebih memilih ruangan kosong tanpa penghuni.

            Diana bukan seorang yang introvert, ia periang dan begitu mudah bergaul. Tetapi ketika lonceng terakhir berbunyi, keceriaan itu mulai memudar bersama kepergian kawan-kawannya. Tak ada yang tahu bagaimana perasaannya kecuali guru yang sedang menghampirinya.

            "Diana, apa kamu baik-baik saja?" kata Ibu guru

            "Menurut Ibu? tentulah Diana  baik, tapi..." seketika Diana terdiam dalam lamunannya.

            "Baiklah, Ibu tak memaksamu untuk menceritakannya. Ibu hanya beharap kamu baik-baik saja" kata Ibu guru sambil menoleh dengan senyuman. Diana hanya mengangguk.

             Langkah kakinya, terhenti di depan rumah megah. Ia menatap sekeliling rumah itu sambil menghembuskan nafas panjang. Selepas ia mencapai lantai atas, ia mendengar suara tangisan Ibunda. Pikirannya tak pernah salah, Ayah masih berada di rumah.

            Ia tak menoleh sedikitpun ke kamar kedua orangtuanya, bergegas ia  masuk kamarnya dan menutup telinga dengan headphone memutar musik yang begitu keras. Pada pukul 7 malam Ayahnya keluar rumah dan akan kembali ketika pagi hari tiba setelah Diana berangkat sekolah.

            Diana menuruni tangga dengan perlahan, takut jika Ayah masih ada di rumah. Ia melihat Ibu menyiapkan makanan kesukaannya. Ibunya tersenyum padanya dengan bibir memerah. Diana tentu membalas senyuman itu, ketika keduanya menyantap makanan, mereka berada pada pikiran masing-masing.

            Saat ia mencuci piring membantu Ibu, ia berkata "Bu, tolong bicara padaku. Apa yang terjadi?" Ibu hanya tersenyum dan mengatakan "Tidak apa-apa sayang, semuanya baik-baik saja." Hal yang paling tidak disukai Diana adalah kata-kata itu, namun ia paham bahwa keadaan tidak baik-baik saja.

***

            Hari demi hari berlalu, akhirnya jiwa yang berusaha kuat 'tuk memikul terpaan ujian rumah tangga. Kini telah usai, perpisahan kini berada di ujung matanya. Diana teringat dengan sang Ibu sambil membereskan barang-barang miliknya, dan menatap kamar yang penuh kenangan canda, tawa, tangis dan amarah. Ia menghela nafas panjang dan membuang satu demi satu pajangan foto yang penuh kenangan indah bersama suaminya.

            Suaminya hanya bisa berdiam diri sambil menatap kopi terakhir yang disuguhkan kepadanya dari Diana. Diana pamit dengan tenang, dan mengatakan "Semoga kamu bahagia, jaga ibadah,dan jangan kembali ..." Ia menutup pintu itu dengan harapan, semoga kenangan buruk itu cukup di rumah itu saja.

            Diana bergegas menyewa sebuah apartemen, sendiri untuk saat ini adalah lebih baik baginya. Perlu waktu untuk mengobati luka yang telah lalu. Ia sadar, ia tak sekuat Ibu yang bahkan bisa bertahan dengan Ayahnya hingga kembali kepangkuan sang Ilahi ...

          "Diana kamu berharga, yang lalu biarlah berlalu. Kini akan ada kehidupan yang bahagia dan indah di hadapanmu." Katanya dalam hati sebagai penyemangat diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun