Mohon tunggu...
Dwiroso Dwiroso
Dwiroso Dwiroso Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merobek Langit

27 November 2022   06:21 Diperbarui: 27 November 2022   06:30 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merobek langit
By. Dwiroso

Merobek langit
Mencari kesadaran
Kesadaran setelah bertahun-tahun
Hidup tidak dengan kesadaran
Berjalan tidak dengan kesadaran
Bicara
Berfikir
Tidak dengan awas kesadaran

Merobek langit
Mencari keberanian
Sebab hari-hariku
Terisi dengan kegentaran
Aku menjadi tak punya nyali
Terhasut suara-suara yang menyiutkan nadi keberanianku

Didepan mata kebenaran diperkosa
Didepan mata ayat-ayat Tuhan dimutilasi
Dipojok sana orang-orang mencincang kejujuran
Mengobrak-abrik semangat yang bertahun-tahun dibangun

Setumpuk buku dibakar
Tak ada tempat untuk benar-benar mencari
Karena pengetahuan
Seperti pengorbanan Plato
Yang harus dilenyapkan
Sebelum benar-benar membumi
Sebelum menyata dalam realita

Kesadaran itu
Kini ada
Bercokol
Dipikiran manusia
Dimana-mana
Diberbagai ranah
Kesadaran melenyapkan kebenaran
Kesadaran meruntuhkan hati nurani

Kesadaran bukan untuk menyadarkan
Kesadaran tidak untuk menguatkan
Kesadaran bukan untuk membangun
Jika itu yang terjadi
Berarti itu bukan kesadaran
Dan berarti kesadaran terhempas bertubi-tubi
Berpuluh-puluh masa

untuk masyarakatku
aku mencari kesadaran yang menyadarkan
hingga harus merobek langit
ku tengadakan
dan kupungut beberapa keping firman Tuhan
lalu kutaburkan kebumi
untuk menjadi benih
bagi tumbuhnya keseimbangan

untuk masyarakatku
ku koyak langit
sekali lagi
kuraih keberanian dari ufuk tertinggi
keberanian dari tuhanku
untuk mengganti ketakutanku
untuk melenyapkan keciutan nyali
dan keringat dinginku

Tuhan yang menciptakan keberanian
kenapa yang kusematkan malah kegentaran

musuh utama adalah diri sendiri
ego yang terkontaminasi
nafsu yang mengintimidasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun