Oleh: Dwi Lestari Wiyono
Bulan keseratus. Malam keseribu. Aku harus memusnahkannya, menuntaskannya hari ini juga. Ini kode merah. Bersifat segera.
Â
"Milenia! Ambil busurmu, panah ia dari arah barat! Lekas Milenia, lekas ini waktunya!"
Tuan ... berkati aku.Â
Semesta ... dukung aku.
Alam ... menyatulah denganku.
"Milenia, mulai!"
Â
***
Pertempuran itu mengoyak jiwaku. Pertempuran itu merengut jantung pertahananku. Aku Abimayu komandan negeri Semesta bersumpah atas nama langit juga bumi tidak akan pernah menyentuh dinding medan pertempuran kembali. Aku Abimayu komandan negeri Semesta bersumpah.
Â
Bumi bergejolak. Atmosphere bergetar membuka lubang hitam. Aku baik-baik saja. Aku tidak terluka.
"Milenia, Apa yang terjadi? Milenia bangun sadarlah buka kedua matamu! Milenia ...!"
"Guru."
Â
Barisan kata beterbangan dari langit. Berhamburan. Barisan kata menari menyelimuti tubuh kasatria yang terluka dalam balutan mantra ajaib;
Dewa yang agung.
Dewa sejati.
Berikan ia kehidupan.
"Guru?"
"A ... ku, berada dimana?"