Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Hancur dan Suksesnya Generasi Muda dengan Ini!

20 November 2018   09:07 Diperbarui: 30 November 2018   16:23 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Para CEO besar selalu meluangkan waktu dengan membaca buku. Orang berhasil selalu berilmu baik melalui membaca buku, ataupun lainnya. Ada perintah agama yang kurang lebih bermakna raihlah akhirat dengan ilmu raihlah dunia juga dengan ilmu. Maukah anak-anak Anda arahkan seperti para CEO dan orang yang telah sukses lainnya atau tidak?

"Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas." Mohammad Hatta.

Sebuah kutipan yang menggugah datang dari pahlawan bangsa, datang dari seorang Mohammad Hatta dapat menjadi cerminan kekuatan diri dan bangsa secara umum. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan budaya membaca rendah jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika.

Namun, secara keseluruhan berdasarkan penulis Habiburrahman El Shyrazy dalam suatu acara di stasiun televisi mengungkapkan bahwa tradisi membaca anak Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan masa lalu.

Padahal, jika menilik manfaat membaca lebih dalam mungkin kita akan berpikir dua kali untuk meninggalkannya. Seperti para CEO yang sukses tidak lupa membaca untuk memperbarui pengetahuannya setiap hari. Misalnya, Warren Buffet seorang pengusaha sukses dan orang terkaya dunia selalu menyempatkan membaca koran lokal, nasional hingga internasional. Warren melakukan itu untuk mendapatkan perkembangan bisnis dan pasar baik lokal maupun internasional sehingga perusahaan yang dipimpinnya selalu tepat dalam menerapkan strategi bisnisnya. Langkah ini dilakukan juga seperti Bill Gates, mantan Presiden Amerika Obama, Jonah, dan CEO besar lainnya.

Bahkan, CEO yang terkenal super sibuk pun memiliki buku favorit yang memengaruhi setiap kesuksesannya. Katakanlah, seorang Steve Jobs pendiri Apple memiliki buku favorit dengan judul "The Innovator's Dilemma" karya Professor Clayton M Chirstensen. Diikuti oleh penerus Steve Jobs seorang Tim Cook membagikan buku kesayangannya berjudul "Competing Against Time: How Time-Based Competition is Reshaping Global Markets". Bahkan, CEO seperti Mark Zuckerberg menyelesaikan 23 judul buku dalam 12 bulan. 

Itu adalah sekelumit kisah CEO yang telah merasakan manfaat membaca yang dapat dirangkum menjadi beberapa hal. Yang pertama, adalah membaca dapat menambah pengetahuan pembacanya apa pun jenis bukunya. Dengan bertambahnya pengetahuan, maka semakin bijaklah pembacanya dalam mengambil keputusan. 

Manfaat lain yang dapat dipetik adalah membaca membuat hidup semakin produktif. Terbukti, seorang Steve Jobs dan Mark Zuckerberg beserta CEO besar lainnya sungguh dipengaruhi oleh buku bacaan mereka dalam mengelola kesuksesan mereka. Steve Jobs, dalam mengambil setiap keputusan tentang perusahaannya terinspirasi dari buku favoritnya. Mark pun dalam memahami kehidupan sosial pelanggan Facebook dia menghabiskan novel tentang kehidupan sosial. Berangkat dari kisah tersebut, membaca buku bukan hanya untuk pengisi waktu belaka, namun untuk mengembangkan keterampilan pembacanya. 

Selain manfaat yang telah disebutkan masih banyak manfaat lain dari membaca. Aktivitas membaca baik melihat halaman buku, koran, majalah ataupun hanya sekadar membaca resep memiliki efek yang sama. Menurut Key Pugh, PhD dari Haskins Laboratories menceritakan penelitan dan pengalamannya tentang membaca yaitu membaca dapat meningkatkan kemampuan otak dalam hal bahasa, imajinasi, pembelajaran asosiatif sehingga dapat memacu kemampuan berpikir dan konsentrasi. Kemampuan berkonsentrasi dan berpikir tentu diperlukan dalam hidup ini agar mampu bertahan dan mencari solusi disaat masalah timbul.

Masih banyak lagi manfaat membaca yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Intinya adalah apapun kondisi kita, jangan lupakan membaca. Obyek bacaan bisa apa saja, mulai dari tata cara resep masakan hingga buku untuk meningkatkan skillsekalipun berat.

Jika kegiatan membaca bisa sedahsyat itu bagi pembacanya, maka bagaimana akibatnya jika meninggalkannya ? Untuk menjawab ini, ada kutipan menarik yang dapat kita jadikan renungan berikut kutipan tersebut.

"Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah." Milan Kundera.

Itu, masih satu akibat jika meninggalkan buku sebagai bahan bacaan. Bagi penulis, kegiatan membaca seperti ruh bagi tulisannya. Namun, jika meninggalkan membaca dan bahan bacaan maka seorang penulis besar sekali pun bisa kehilangan kemampuannya dalam menulis.

Mari kita serap dengan baik kutipan dari Milan Kundera tersebut. Makna dari menghancurkan bangsa dan peradaban lebih mengacu kepada para pemuda sebagai penerus dari suatu bangsa tersebut. Kalau saya boleh menambahi kutipan tersebut adalah, jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, maka jauhkanlah generasinya dari buku; maka pastilah bangsa itu akan musnah. 

Situasi yang mirip dengan kutipan Milan itu seperti yang dialami oleh bangsa Indonesia sebagai bangsa yang lemah terhadap budaya membaca. Apalagi melihat generasi milenialnya, yang kerap lebih menyukai hiburan dari pada ilmu. Dalam konteks ini, ilmu adalah membaca itu sendiri. Tidak heran, generasi milenial lebih sulit berpikir kreatif karena terfokus dengan hiburan bukan kepada membaca buku untuk mencari solusi dan meningkatkan keterampilannya.

Berapa banyak keluarga yang menyediakan tempat khusus buku disimpan atau ruangan baca ? Berapa banyak para orang tua menyediakan waktu bagi anak-anaknya untuk membacakan sekedar dongeng atau cerita tentang kebaikan menjelang tidurnya ? Berapa banyak judul buku yang dihabiskan dalam satu bulan setiap individu ?

Sebagai keluarga, masa depannya adalah anak-anak sedangkan bagi bangsa dan negara masa depannya adalah pemudanya. Melihat kenyataan itu, maka dapat disimpulkan bahwa untuk menyelamatkan suatu generasi dari kemusnahan dapat dimulai dari mengenalkan tentang budaya membaca kepada anak dalam lingkungan keluarga. Agar suatu ketika, anak akan menjadi pemuda dengan kemampuan yang tepat dalam membangun negaranya.

Mari bersama kita membangun budaya membaca dimulai dari membiasakan membaca kepada anak entah dari bacaan komik, cerpen, bahkan dongeng. Cara untuk memulai agar masuk kedalam pikiran dan kebiasaan anak dapat dimulai dengan orang tuanya membaca buku, membacakan cerita dan dongeng sebelum dia tidur. Semoga negeri kita tercinta semakin mencintai ilmu dengan meningkatkan budaya membaca dimulai dari lingkungan keluarga.

#MenebarKebaikan

Owner dari : kogamus.com dan dwigrup.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun