Mohon tunggu...
Dwi Ayu Istiqomah
Dwi Ayu Istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gus Dur: Sang Guru Demokrasi dan Pluralisme di Panggung Indonesia

2 Mei 2025   22:00 Diperbarui: 2 Mei 2025   21:40 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur (sumber: pinterest)

Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga pesantren terkemuka dan merupakan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari. Gus Dur dikenal sebagai ulama, cendekiawan, dan tokoh demokrasi yang vokal. Ia menempuh pendidikan di Timur Tengah dan Eropa, lalu aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial. Gus Dur menjadi Ketua Umum NU dari 1984 hingga 1999, di mana ia mendorong pembaruan pemikiran Islam dan keterbukaan.

Pada 1999, ia terpilih sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia setelah era reformasi. Masa pemerintahannya penuh dinamika dan berakhir pada 2001 melalui sidang MPR. Meski masa jabatannya singkat, ia dikenang sebagai tokoh pluralisme, demokrasi, dan toleransi. Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 dan dimakamkan di Jombang. Ia tetap dikenang sebagai "Bapak Bangsa" yang memperjuangkan keadilan dan hak-hak minoritas.

Gus Dur hadir dengan gagasan-gagasan segar yang melampaui zamannya. Ia meyakini bahwa demokrasi sejati hanya bisa tumbuh subur dalam lingkungan yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi toleransi. Baginya, Indonesia yang kaya akan keragaman suku, agama, dan budaya adalah modal utama, bukan penghalang, untuk membangun bangsa yang kuat dan adil.

Salah satu warisan pemikiran Gus Dur yang paling kuat adalah visinya tentang pluralisme inklusif. Ia tidak hanya mengakui keberagaman, tetapi juga aktif merangkul dan melindungi hak-hak setiap kelompok minoritas. Baginya, semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan berhak untuk menjalankan keyakinan serta tradisinya masing-masing tanpa rasa takut.

Gus Dur juga dikenal dengan komitmennya terhadap nilai-nilai demokrasi universal, seperti kebebasan berpendapat, supremasi hukum, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ia lantang mengkritik segala bentuk diskriminasi dan penindasan, serta berjuang untuk mewujudkan masyarakat yang lebih egaliter.

Keteguhan Gus Dur dalam membela kaum minoritas dan memperjuangkan demokrasi seringkali membuatnya berhadapan dengan kekuatan-kekuatan konservatif. Namun, dengan kecerdasan, humor, dan keyakinan yang kuat, ia mampu melewati berbagai tantangan dan tetap konsisten dengan prinsip-prinsipnya.

Di tengah dinamika politik Indonesia saat ini, semangat dan pemikiran Gus Dur tentang persatuan dalam keberagaman, toleransi, dan penegakan demokrasi menjadi kompas yang sangat dibutuhkan. Belajar dari kearifan Gus Dur, kita diingatkan bahwa pesta demokrasi bukan hanya tentang meraih kekuasaan, tetapi juga tentang membangun masa depan bangsa yang lebih inklusif, adil, dan bermartabat bagi seluruh warganya.

Warisan Gus Dur akan terus hidup dan menginspirasi generasi-generasi mendatang untuk menjaga dan merawat kebhinekaan Indonesia serta memperkokoh pilar-pilar demokrasi. Ia adalah guru bangsa yang tak lekang oleh waktu, whose wisdom remains a guiding light in the ongoing journey of Indonesian democracy.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun