Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana, Kompasianival dan Harapan Mendapat Penghargaan

20 November 2022   18:25 Diperbarui: 20 November 2022   18:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah yang dirindukan Di Kompasianival. Kumpul, makan-makan, yang tua dan muda menyatu. (Dokpri)


Anggota Kompasiana  ada puluhan ribu, diantara puluhan ribu itu selama bertahun-tahun aku pernah nangkring sebagai peserta 100 peserta teraktif. Tidak pernah 10 besar tapi "lumayan" karena pernah nyangkut dalam 100 Kompasianer yang masih aktif menulis.

Diantara puluhan ribu anggota itu aku beruntung sudah mendapat centang biru dengan demikian sudah diakui "kehandalanku" dalam menulis dengan menggenggam 148 artikel Headline.  Perlu sedikit sombong ya, centang biruku membuat aku gampang menembus artikel pilihan. Hampir semua artikel masuk  pilihan, dan kalau rajin sebetulnya akan semakin banyak artikel yang masuk ke Headline, sayangnya aku ini kadang angin-anginan. Saat rajin menggambar/ melukis dan main musik, serta mantengi Youtube maka hampir semua konsentrasiku ditujukan untuk menggambar. Kalau lagi berhasrat menulis ya sangat ruajinnn menulis.

Anggap saja itu bagian dari mood jiwaku, mungkin ya  karena itu terbentuk dari watak seniman yang susah diatur, kalau suka maka akan beraktivitas tanpa batas. Kalau lagi malas, jangankan disentuh dikerjakan juga tidak.

Tetapi menulis itu bagian dari jiwa, akan terasa bingung sepanjang hari bila tidak menulis dua tiga paragraf, seperti ada yang hilang, agak linglung. Makanya menulis selain sebagai bagian dari hobi juga bagian dari terapi diri, untuk tidak mudah lupa dan bingung. Aku bisa mengingat peristiwa-peristiwa penting  yang beriringan jalan dengan hidupku yang semakin menua.

Bayangkan duabelas tahun lalu itu, tulisan-tulisanku tidak pernah tertata rapi di desk, atau ruang penyimpanan. Aku pernah dan sering menulis di blog komunitas, namun sampai saat ini aku sendiri lupa sudah menulis berapa kali, yang kuingat pasti lebih dari 30 artikel yang kuhasilkan sebelum kompasiana ada. 

Tetapi dasar pelupa tulisan-tulisanku itu seperti lenyap tidak berbekas. Kalau tulisan-tulisan di koran atau majalah ada yang kukliping, namun yang di majalah ketika selama hampir satu tahun menjadi kontributornya aku bingung harus mencari ke mana, mungkin ke majalahnya langsung tapi masih adakah sekarang. Kalau sebagian surat pembaca  Tempo ternyata masih ditemukan di arsip Tempo.com.

Sedangkan tulisan-tulisan lainnya babar blas tidak kutemukan. 12 tahun bersama di kompasiana dengan sekitar 148 artikel Headline (itu hitungannya Kompasiana) ribuan artikel pilihan dan ratusan artikel tanpa status (hehehe). 

Beberapa kali mengikuti Kompasianival. Sepanjang Kompasianival digelar onsite (temu darat) aku termasuk rajin ikut. Pada intinya aku senang ketemu dengan teman-teman, senang kumpul-kumpul apalagi tambah bonus makan-makan, hahaha, yang paling nyamleng itu saat di Hotel Santika, merayakannya dengan Jacob Oetama, ketemu dengan para penulis luar biasa, jendral, dan penulis-penulis profesional yang nyemplung di Kompasiana, pokoke gayeng kiyi.

 12 tahun itu kalau manusia ya ABG. Kalau penulis ya sebetulnya sudah kenyang asam garam kepenulisan meskipun sampai saat ini kukatakan diriku masih anak bawang. 

Dikatakan senior ya matur nuwun, maestro wah itu masih jauh, itu hanya bisa disematkan pada orang yang ruajinnya luar biasa dengan kemewahan bisa menulis rutin sehari satu artikel bahkan lebih tanpa prei babarblas...? Kalau aku ya susyah, susihh malah... atau bisa dikatakan hil yang mustahal, eh salah hal yang mustahil. Hehehe.

Yang bisa bikin kemaki saat ketemu teman-teman penulis itu karena aku masuk jajaran darah biru (karena ada centang berwarna biru  tapi darah biru yang jarang dapat penghargaan hahahaha wong keset alias pemalas bwahahaha)

Maka di sepanjang Kompasianival itu terima nasib saja sebagai peserta tanpa status jelas. Ikut komunitas kagak, menonjol juga tidak, tapi banyak pembaca masih membaca tulisan-tulisanku.Yang terpikir dalam hasrat menulis hanyalah namaku itu tercatat abadi sebagai orang yang mampu memberi sentuhan sentuhan inspirasi lewat tulisan.

Dulu aku pernah punya cita-cita menjadi wartawan meskipun akhirnya berbelok menjadi guru, pernah bermimpi menjadi novelis, seperti halnya Bastian Tito, Motinggo Busye, Hilman Hariwijaya. Itu baru angan dan sekarang ini kalau menyangkut karya sebetulnya bisa disebut novelis wong nyatanya ada karya di web novel seperti di wattpad, kwikku, dan storial.co. Tapi belum ditahbiskan menjadi penulis karena belum satupun novelku masuk cetak alias dibukukan di penerbit mayor. Ini gara-gara kemalasanku mengirimkan di penerbit, itu karena aku yang kurang pede. Siapa tahu nyantol satu.

Kompasiana itu adalah rumah bagi para penulis, yang cukup nyaman meskipun kadang banyak yang merasa kecewa karena kadang hasil keringat dari menulis kurang dihargai. Coba berapa banyak artikel para kompasianer yang dicolong, diambil entah oleh web berita, koran daerah memajang tulisan kompasianer tapi hanya memajang nama, tidak memberi reward. Padahal menulis itu juga pakai pulsa dan harus melakukan riset kecil-kecilan. Sayangnya juga Kompasiana tidak melindungi penulisnya dari tindakan "main ambil" tanpa ada penghargaan sama sekali.

Aku ini suka judeg jika tiba-tiba melihat tulisan-tulisan di kompasiana di sedot emprit, beo dan dijadikan ladang cari viewer. Bahkan ada tulisanku di kompasiana yang dijadikan narasi untuk konten youtube. Dia dapat bayaran dari Youtube penulis narasinya hanya mlongo. Ikut bangga tapi sekaligus sedih, dianggap sebagai jalan untuk tenar.

Bagusnya karena sering dijadikan referensi untuk makalah, tesis bahkan sampai disertasi doktor, nama yang terpampang itu tetap hanya sebagai nama, sedangkan penulisnya masihlah penulis amatiran, karena menulis di kompasiana itu seringnya dibalas dengan senyum, reward sering minggat karena viewer tidak nyampai 3.000. Ya harapan dapat cuan ambyar. Nasib-nasib.

Apakah bangga dengan centang biru (ya bangga dong, untung tidak ikut Elon Musk. Kalau ikut lha tiap bulan dipajeki 311 ribu) sudah tidak dapat uang tapi malah disedot duite(uangnya). Mo**arrr. Tapi ya kembali ke diri sendiri. positif thinking saja. Suatu saat kalau sabar penulis akan mendapat jatah reward, Entah kapan, tapi yakin saja Tuhan tidak tidur, kalau ada usaha pasti ada jalan, apapun usaha tidak akan pernah mengkianati hasil , eh kebalik ora dab, hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Ah embuh.

Kalau ada ajang Kompasianival tahun ini tetap mau ikut, mau dapat award atau hanya menjadi peserta saja,ya tetap ikut. Mau happy-happy saja, senang karena bisa melihat para penulis jempolan ngumpul. Yuk Kumpul di Bentara budaya Jakarta. Tanggal 3 Desember 2022  mulai jam 13.00. Sambil ngupi dan makan di mie nyemek di kantin Bentara Budaya (kalau masih ada).

Kalau ada penulis super aktif yang belum dapat rejeki mendapat nominasi penghargaan tahun depan masih ada, tingkatkan kualitas diri serta tetap sabar. Tetap berdoa suatu saat Kompasiana dan kompasianer baik hati menominasikan anda. Sssttt aku juga dong hahaha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun