Dalam pekerjaan selama masih menjadi anak buah, resiko pekerjaan memang menjadi konsekwensi. Di marahi, digoblok-goblokkan, ditekan itu biasa. Yang penting introspeksi diri, mau berubah menjadi lebih baik, mau memperbaiki kesalahan itu kunci bisa bertahan. Meskipun tipe saya bukanlah orang yang bisa dengan gampangnya menjilat dan membaik- baiki atasan, tapi saya lebih suka diam jika dimarahi atau dibeberkan kesalahan- kesalahan saya selama bekerja.
Belajar dari Kesalahan dan Selalu Memperbaiki Diri Kunci Bertahan
Meskipun dalam hati ingin berontak dan membantah, tapi demi tetap bisa normal bekerja maka masukan dan sindiran pahit ya didengarkan saja. Maka disamping pekerjaan pokok, saya ingin menunjukkan bahwa saya punya potensi lain yang bisa dibanggakan. Salah satunya adalah menulis. Dengan menulis saya merasa diuwongke dalam bahasa jawa kalau diterjemahkan bebas ya kurang lebih dihargai karena mempunyai kemampuan lebih yaitu menulis dan tentunya menggambar sebagai mata pelajaran yang saya ampu.
Hidup di lingkungan toksik itu harus tangguh dan berani berkata jujur, dan bisa menghadapi dengan bijaksana. Tidak perlu dipikirkan kalau itu sebuah tekanan, persaingan, fitnah yang bisa berujung hilangnya pekerjaan. Yang utama adalah dengan menunjukkan kinerja yang baik, cukup tertib dan tidak sampai mengulang kesalahan yang sama.
Begitulah pengalaman saya dalam menghadapi sebuah lingkungan pekerjaan dengan macam - macam karakter pimpinan dan resiko yang dihadapi. Bersyukur masih aman ketika bekerja selama belasan dan hampir 20 tahun hidup di Jakarta yang penuh persaingan.