Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gaya Cuek di Lingkungan Kerja Sering Menjadi Sasaran Bully

25 Mei 2021   06:12 Diperbarui: 25 Mei 2021   06:25 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tetp bergembira dalam lingkungan toksik penuh persaingan (klikdokter.com)

Bicara tentang pahit getirnya bekerja pengalaman dibully, ditekan, disalah- salahkan dan kadang bikin gaduh di tempat kerja pernah saya alami. Meskipun di lingkungan pendidikan, selalu ada persaingan tersembunyi yang membuat suasana kerja kurang nyaman. Awalnya sungguh tidak mengenakkan, tapi lama- lama kebal dengan segala omelan, sindiran dan omongan yang mengarah ke saya tentang kelemahan - kelemahan saat bekerja. Akhirnya saya memang sering masa bodoh, cuek, bila ada yang dengan sindiran khusus untuk mengingatkan kesalahan - kesalahan yang pernah saya lakukan.

Dalam mengajar saya memang mempunyai gaya cukup beda dengan teman - teman. Kadang terkesan memberi kebebasan siswa, kadang malah membiarkan kelas hidup, ramai untuk memberi ruang kebebasan berimajinasi. Resikonya kadang kelas menjadi gaduh dan dianggap kurang bisa mengendalikan dan mengelola kelas.

Pimpinan atau kepala sekolah sering menegur dan pernah memberi surat peringatan berisi SP. Saya terus terang lumayan cemas juga dengan terbitnya SP, jika suatu saat karena sebuah kasus dipecat, atau dikeluarkan dari pekerjaan tentu terbayang betapa susahnya mencari pekerjaan. Ketika masih jomlo kehilangan pekerjaan tidak begitu mengkhawatirkan, namun ketika sudah berkeluarga dengan tanggungjawab besar membiayai kehidupan keluarga maka, harus ada perubahan dalam hal prioritas dan keamanan kerja. Artinya jangan sampai kehilangan pekerjaan karena rekayasa teman, jebakan teman atau karena ketidaksukaan Bos hingga menyebabkan diberhentikan dari pekerjaan.

Di Manapun Pekerjaaan Selalu Ada Persaingan dan Upaya Jegal menjegal Pekerjaan

Usaha terbaik adalah memperbaiki kinerja, belajar dan meningkatkan kreatifitas saat bekerja. Kebetulan lingkungan pekerjaan saya adalah pendidikan. Yang utama adalah mempersiapkan pelajaran dengan sebaik- baiknya. Tidak sering meninggalkan kelas, selalu mengontrol siswa dengan cara mengabsen dan melakukan cek dan ricek kehadiran siswa dan mengingatkan tugas atau karya dengan target jelas.

Saya orang tipenya kayak seniman, susah kalau diikat dengan aturan ketat. Kadang sering slengekan. Semau gue. makanya bagi guru yang disiplin dengan dengan tertib administrasi dan kaku dalam peraturan melihat saya aneh. Tapi untuk menyesuaikan gaya slengekan saya di lembaga pendidikan penyesuaiannya cukup lama. 

Dulu saya banyak diincar oleh pimpinan karena kadang -- kadang malas mengerjakan administrasi, amburadul saat mengumpulkan data- data akurat tentang tugas siswa. Sebab biasanya dalam mengajar saya membebaskan anak - anak dalam berkarya dengan resiko ada yang rajin, ada yang angot- angotan dan ada yang minder sehingga sampai limit belum juga mengerjakan tugas.

Kebetulan saya mengajar seni rupa, dan itu adalah pelajaran pilihan untuk mata ajar seni budaya. Ada dari beberapa siswa yang tidak bisa musik, tidak bisa menari, tidak mau ikut drama atau teater akhirnya memilih seni rupa, padahal ia juga amburadul saat menggambar. Dari pengalaman itu pada awal saya menekankan yang penting berkarya mau karyanya jelek atau kurang bagus tetapi proses latihan dan mencoba menggambar itu penting. Kalau sering latihan dan terus menggambar meskipun gambarannya "cukup  jelek" harus tetap diapresiasi dan dinilai sewajarnya agar tetap semangat mengerjakan tugas.

Lingkungan toksik, tidaklah mengagetkan ada banyak karakter teman, ada yang tulus berteman, ada yang diam- diam bersaing namun beda tanggapan saat ngobrol, seakan baik tapi sebetulnya pernah mencoba menendang, supaya berisiko dipindah, hingga ia tidak punya saingan lagi.

Ada beberapa tipe pimpinan. Kalau pimpinan perempuan kadang kalau melakukan kesalahan satu kali akan selalu diingat selamanya. Ia akan selalu mengorek kesalahan yang lalu untuk menekan anak buahnya. Dan itu bisa gampang mengeluarkan SP.

Ada satu dua teman kerja yang keras kepala, susah dinasihati dan mau menangnya sendiri, sering disindir, balas menyindir, tidak mau disalahkan dan balik menyerang. Cerewet tapi kadang pekerjaannya amburadul. Untungnya ia dekat dengan pimpinan hingga aman - aman saja dari resiko mutasi.

Dalam pekerjaan selama masih menjadi anak buah, resiko pekerjaan memang menjadi konsekwensi. Di marahi, digoblok-goblokkan, ditekan itu biasa. Yang penting introspeksi diri, mau berubah menjadi lebih baik, mau memperbaiki kesalahan itu kunci bisa bertahan. Meskipun tipe saya bukanlah orang yang bisa dengan gampangnya menjilat dan membaik- baiki atasan, tapi saya lebih suka diam jika dimarahi atau dibeberkan kesalahan- kesalahan saya selama bekerja.

Belajar dari Kesalahan dan Selalu Memperbaiki Diri Kunci Bertahan

Meskipun dalam hati ingin berontak dan membantah, tapi demi tetap bisa normal bekerja maka masukan dan sindiran pahit ya didengarkan saja. Maka disamping pekerjaan pokok, saya ingin menunjukkan bahwa saya punya potensi lain yang bisa dibanggakan. Salah satunya adalah menulis. Dengan menulis saya merasa diuwongke dalam bahasa jawa kalau diterjemahkan bebas ya kurang lebih dihargai karena mempunyai kemampuan lebih yaitu menulis dan tentunya menggambar sebagai mata pelajaran yang saya ampu.

Hidup di lingkungan toksik itu harus tangguh dan berani berkata jujur, dan bisa menghadapi dengan bijaksana. Tidak perlu dipikirkan kalau itu sebuah tekanan, persaingan, fitnah yang bisa berujung hilangnya pekerjaan. Yang utama adalah dengan menunjukkan kinerja yang baik, cukup tertib dan tidak sampai mengulang kesalahan yang sama.

Begitulah pengalaman saya dalam menghadapi sebuah lingkungan pekerjaan dengan macam - macam karakter pimpinan dan resiko yang dihadapi. Bersyukur masih aman ketika bekerja selama belasan dan hampir 20 tahun hidup di Jakarta yang penuh persaingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun