Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY, Demokrat dan Drama yang Tidak Ada Habis-habisnya

28 Maret 2021   15:56 Diperbarui: 28 Maret 2021   15:56 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presden ke-6 Indonesia, menggantikan Megawati Soekarno Putri yang memerintah sekitar 3 tahun saja. Melalui Pemilu langsung Megawati kalah oleh pasangan SBY dan Jusuf Kalla.

Sekilas drama politiknya mirip playing victim di mana SBY yang sebelumnya Menkopolkam merasa tidak mendapat tempat dalam pemerintahan Megawati.

SBY Jenderal peracik strategi di balik layar itu, seringkali membuat pidato yang membuat ibu ibu, masyarakat yang menyukai perwajahan gagah dengan kata-kata tertata dan runtut bertekuk lutut untuk kemudian berpaling pada sosok itu.

Jenderal tinggi besar itu langsung mendapat respon positif masyarakat yang terpukau oleh kegagahannya sebagai Jenderal TNI dan kata- katanya yang selalu terukur dan tertata. Saya waktu itu bukan pengagumnya wong jujur saya memilih sosok lain, tidak perlu saya sebutkan. 

Era SBY pun mulailah dengan pemerintahan yang menjanjikan dengan berbagai BLT kepada masyarakat dan tentu saja adanya BLT banyak yang kesengsem dengan model SBY. Maka SBY dan Demokratnya melambung sampai terpilih dua kali sebagai Presiden. 

Tapi di balik kekuasaannya sebetulnya yang lebih lincah adalah Jusuf Kalla. Seringkali ia kalah cepat dalam memutuskan sesuatu. Jusuf Kalla itu seperti Kancil sedangkan SBY banyak mikirnya sehingga kadang harus menunggu lama sampai ada keputusan tegas dari Presiden. SBY malah kadang digambarkan ada di bawah bayang-bayang Jusuf Kalla yang gercep (gerak cepat) dan kadang kurang ajar sering mendahului kehendak presidennya.

Partai Demokrat pesta dan punya banyak proyek yang sering menjadi bancaan wakil rakyat dan pimpinan Demokrat. Tidak perlu dijelaskan. Banyak pentolan partai akhirnya tertangkap tangan diciduk KPK karena politisinya banyak yang terjebak korupsi. Dari Anas Urbaningrum, Bendahara Demokrat, Angelina Sondakh dan Andi Malarangeng serta masih banyak lainnya. Herannya Ibas yaitu anak kedua SBY Edi Baskoro Yudhoyono lolos dari terpaan tersangka kasus Hambalang.

Ini yang membuat para pentolan Demokrat saat ini terutama yang kecewa dengan dinasti SBY melakukan KLB. Sebab rasanya pucuk pimpinan dan keluarganya susah tersentuh hukum. Pada waktu pemerintahan SBY, KPK mengalami pelemahan sehingga sangat sulit membidik misalnya Ibas atau bahkan yang tak tersentuh.

Sekarang Demokrat tengah bergejolak dengan adanya dua kubu, yaitu kubu KLB yang meminjam Moeldoko Jenderal yang diangkat SBY menjadi panglima untuk dihadapkan pada bekas atasannya. SBY. 

Moeldoko yang saat ini adalah pimpinan KSP (Kepala Staf Kepresidenan) seakan ditarik dalam perseteruan Partai Demokrat. Dengan adanya Moeldoko memantik isu yang kurang sedap terutama keterlibatan Presiden Jokowi dalam kisruh Demokrat. Benarkah Jokowi terlibat dan ingin melemahkan Partai bentukan SBY? Itulah yang menjadi pertanyaan. Bagi orang-orang Demokrat kubu SBY jelas Jokowi ikut andil dalam kisruh. Maka AHY perlu berkirim surat ke Presiden, meskipun akhirnya tidak dijawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun