Kardinal yang sudah cukup tua untuk mengerti apa yang dilakukan. Anak muda harus bekerja keras, membangun jati diri, mencetuskan manfaatkan peluang sekecil- kecilnya membangun bangsa dan tentunya menjadi pelopor dan Buzzer untuk selalu meningkatkan kerukunan antar umat beragama.
Kardinal Adalah Pangeran Calon "Raja" atau Paus?
Pangeran begitulah kira- kira yang saya tangkap dari percakapan teman- teman di lingkungan Kelompok kecil dari hierarki Gereja Katolik. Paus, Kardinal, Uskup para Vikaris Jenderal.Â
Ia seperti pangeran yang berhak menentukan siapa  Paus  melalui sidang konklaf, tetapi di gereja katolik, jabatan atau semacam uskup dan kardinal itu adalah pelayanan, bukan karier untuk mendapatkan kekayaan seperti di pemerintahan dan perwakilan rakyat.Â
Tanggungjawab kardinal dan uskup semakin berat karena dituntut semakin rendah hati, semakin menunjukkan sikap melayani dan memperlihatkan sikap sikap imam yang mampu merangkul semua umat, mampu menjadi jembatan penghubung bagi kerukunan antar agama.
Pertimbangan diangkatnya Uskup, Pastur imam katolik menjadi pemimpin tertinggi adalah karena rekam jejak rohani, pertimbangan bahwa Kardinal dalam sebuah negara karena Paus mempunyai pandangan dan melihat kontribusi uskup dalam relasi antar umat dan agama lainnya sangat menonjol.Â
Mgr Ignatius Suharyo sangat layak ditunjuk menjadi kardinal. Kontribusinya untuk kerukunan umat beragama, ide- idenya untuk selalu menghormati dan menjalin hubungan antar agama tidak diragukan lagi.
Penulis merasakan itu di KAJ dan sebelumnya ketika penulis masih tinggal di Magelang yang masuk wilayah Keuskupan Agung Semarang. Pribadi yang rendah hati, dengan tutur kata yang halus tertata.Â
Terakhir penulis sempat bersalaman seminggu sebelum Uskup Suharyo di resmi diangkat sebagai kardinal pada sebuah Misa Krisma  Paroki Cengkareng di gereja Trinitas Jakarta Barat.
Khotbahnya menyejukkan. Beliau berpesan  untuk tidak membuang makanan karena setiap hari banyak makanan terbuang percuma. Padahal di belahan bumi lain banyak manusia sedang menderita kelaparan, akan sangat ironis jika ada manusia dengan seenaknya membuang makanan yang sangat berharga bagi yang sedang krisi pangan. Â
Pesan- pesan uskup dalam homilinya sangat sederhana ada di sekitar dan kadang kurang dipedulikan. Umat Katolikpun dituntut untuk tidak merasa eksklusif, harus bisa menjaga hubungan baik dengan agama lainnya, dan kalau perlu mampu menunjukkan keberpihakan umat katolik terhadap orang tertindas.Â