Berwajah religius tetapi mulut dan kata-katanya tidak mencerminkan bungkus visual yang diperlihatkan. Senyum boleh manis tapi kalau pekerjaannya nyinyir dan menghina yang percuma dengan wah cakepnya.
Saya melihat tekanan Presiden terpilih lewat kata- katanya itu seperti ingin mengeluarkan kekesalannya kesuntukannya pada perilaku oposisi yang selalu menggaungkan kebencian, dendam dan upaya balas kata- kata yang nyelekit dan memuakkan.
Rasanya benar kata Jokowi oposisi itu juga mulia tetapi alangkah lebih baik jika tidak disertai dendam, tidak disertai dengan ujaran kebencian dan kata- kata menghina. (Membaca gerak bibirnya dan matanya yang berkaca- kaca) lihat Jokowi sedang memendam keprihatinan mendalam oleh perilaku buruk para oposisi.Â
Oposisi memang tidak salah, malah diperlukan sebagai penyeimbang dan alat kontrol. Tetapi oposisi yang sekedar meluntakkan api kebencian, membandangkan hinaan tentu tidak lahir dari oposisi yang mempunyai kontrol emosi yang tinggi untuk mengkritik dan mengarahkan pemerintah mau mengetahui latar belakang kebudayaan setempat.
Hadirnya Oposisi Memberi Keseimbangan
Sangat penting oposisi hadir sebab merekalah teman yang tanpa tedeng aling- aling  berusaha mengingatkan bahwa masih banyak hal harus dibenahi, masih banyak yang harus dikontrol dengan masukan konstruktif. Tetapi para oposisi, politisi oposan rasanya baru bisa menggaungkan pengamatan kritisnya saja. Berbeda itu adalah wajar karena setiap manusia tidak ada yang berwatak sama sempurna, ada saja kekurangannya. Menjadi oposisi dalam arti tetap kritis dan berada diseberang tetapi aktif mengontrol bila terjadi penyimpangan.
Dalam khasanah seni terutama drama, ada yang istilah antagonis dan protagonis. Petahana digambarkan sebagai protagonis sedangkan para pembenci, orang- orang yang berbeda pandangan dan sering nyinyir disebut antagonis.
Oposisi itu mulia karena banyak pekerjaan segera ditangani secara cepat. Tugas oposisi menjadi teman yang kritis melihat celah- celah kelemahan pemerintah dengan opini yang jernih tidak hanya yes man saja pada presiden.Â
Dengan kritisnya oposisi tentu akan membuat pemerintahan waspada dan terbantu untuk melakukan koreksi- koreksi dari dalam dari masukan  para oposisi.
Maka dikatakan Jokowi, oposisi itu pekerjaan mulia. Bukan sekedar benci karena organisasinya dan kelompoknya merasa tidak mendapat perhatian lalu membentuk kelompok yang mendeligitimasi pemerintahan.Â
Suatu saat oposisi (mungkin) akan menjadi pemenang dalam kontestasi politik. Kedudukan yang berbalikan itu akan mereka alami di mana akan ada pihak yang menyerang kebijakannya.Â