Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bahagianya Para Preman di Zaman Bang Anies

14 Juli 2019   21:30 Diperbarui: 14 Juli 2019   21:55 7594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jasa para pengatur jalanan juga tidak sedikit, cukup merelakan uang gopek maka lancarlah melewati belokan yang super duper ruwet. Para pemotor seperti tidak ingin mengalah dan ingin cepat sampai tujuan. 

Maka budaya antre seperti dilupakan, kalau bisa di depan mengapa harus di belakang menunggu sabar sampai ubanan, begitulah mungkin prinsip para pengendara motor di gang, di jalan sempit di lampu merah. Pedestrian, trotoar terjang saja, tidak peduli ketika beton- beton trotoar patah -- patah dan hancur yang penting bisa cepat sampai tujuan.

Para pejalan kaki di Jakarta kenapa sepi ya.."sudah ada ojol kenapa harus capek- capek jalan kaki sih?"

Lagian jalan kaki di trotoar Jakarta bikin jantung deg-degan. Tiba tiba dari belakang motor merangsek dan mengklakson. Giliran diomeli malah ganti diomeli apalagi pengendara motornya emak -- emak wah mendingan ngalah deh. Hehehe.

Begitulah Bang Anies anda berhasil membahagiakan para preman, para pengguna jalanan yang memang alergi pada peraturan dan pengin cepat sampai. Trotoarnya tidak perlu hiasan yang bagus toh sebentar lagi juga akan rusak oleh terjangan roda ban para pemotor. Bahagia warganya maju kotanya ya maju para premannya yang bebas memungut pajak di jalanan dan pengkolan.

Sepenggal Harapan untuk Gubernur Jakarta

Jutaan motor setiap hari memenuhi hampir semua jalanan baik di jalan raya maupun gang- gang sempit.Para preman pun akhirnya menemukan kenyamanannya bekerja tanpa ada tekanan dari abang terutama yang berprinsip para warganya bahagia. Meskipun mimpi sebagai metropolitan yang tertib nyaman dan udara bersih seperti Singapura rasanya terasa utopis. 

Jakarta kembali terkenal sebagai kota dengan tingkat pencemaran udara tertinggi hampir mirip seperti di Mexiko City, Bangkok dan kota- kota lainnya yang tingkat polusinya tinggi.

Ini tentu menjadi PR bagi anda. Mau menjadi kota bersih dan tertib atau yang penting masyarakat dan warganya bahagia meskipun kesehariannya harus menabrak aturan, membiarkan premanisme tumbuh subur dan membebaskan lahan terbuka hijau untuk kegiatan ormas masyarakat. 

Bahkan andapun masih bisa nyaman jalan- jalan ke luar negeri meskipun tanpa wakil yang ikut mengatur roda pemerintahan. Ini Masukan warga lho. Warga yang mencoba mencintai kotanya.

Menjadi tertib dan bermartabat itu susah ya...sebab tentu akan membuat kenyamanan warga sebelumnya terganggu. Tetapi jika anda keras  di awal maka lama- lama warga terbiasa tertib dan teratur bukannya lebih bagus? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun