Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hoaks, Guru, dan Kegagalan Pendidikan

30 Mei 2019   17:34 Diperbarui: 31 Mei 2019   14:18 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abraham, guru mata pelajaran IPS tengah mengajarkan tentang peta dunia kepada muridnya di SMPN 74, Rawamangun, Jakarta, Selasa (11/8/2015). Abraham banyak menyisipkan tugas praktek ke lapangan kepada muridnya dalam metode mengajar, sehingga siswa dirangsang untuk praktis dan kreatif. Kemdikbud akan membuat kebijakan untuk meningkatkan profesionalisme guru lewat penilaian kinerja dan kompetensi serta pengembangan keprofesian berkelanjutan.(KOMPAS/RIZA FATHONI)

Salah satu fungsi pendidikan adalah mendidik siswa menjadi manusia yang berbudi luhur. Sebagai pelajar yang melek huruf diharapkan siswa bisa belajar dari bahan bacaan yang selalu ditemui di sekolah. Dalam buku pelajaran di samping utamanya adalah bersifat ilmu pengetahuan tentu ada nilai-nilai kebaikan yang bisa disisipkan pada setiap mata pelajaran. 

Matematika mengajarkan berpikir logis dengan disiplin menggunakan rumus dan logika untuk memecahkan persoalan. Bahasa Inggris mengajarkan siswa mengenal bahasa asing, bahasa internasional yang berfungsi sebagai sebagai komunikasi juga mempermudah menyerap ilmu pengetahuan di kancah internasional. 

Jika menguasai bahasa Inggris banyak yang bisa dilakukan, selain bisa berdialog dengan turis Eropa atau Amerika yang kesehariannya sering menggunakan bahasa Inggris. Di samping itu, buku-buku literasi banyak yang bahasa pengantarnya bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional.

Penulis ketika mengantarkan siswa ke Museum Geologi di Bandung (salah satu cara untuk mengenalkan penghargaan pada peninggalan sejarah dan kekayaan alam Indonesia (Dokumen pribadi)
Penulis ketika mengantarkan siswa ke Museum Geologi di Bandung (salah satu cara untuk mengenalkan penghargaan pada peninggalan sejarah dan kekayaan alam Indonesia (Dokumen pribadi)
Siswa juga harus mengenal bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia penting untuk mengenal kaidah berbahasa Indonesia yang benar. Dengan mengenal bahasa Indonesia, siswa bisa menggunakan bahasa Indonesia untuk pergaulan dan tentu menghindari kata-kata kasar digunakan siswa sehari- hari. 

Jika menguasai Bahasa Indonesia akan banyak manfaat yang bisa digunakan antara lain untuk membuat cerpen, artikel, puisi, tulisan ilmiah, membuat penemuan- penemuan teroritis yang bisa diinformasikan lewat buku,

Begitu juga dengan pengetahuan tentang alam/fisika biologi, sejarah, ekonomi akuntansi, prakarya dan seni budaya. Pendidikan amat penting karena akan membentuk benteng karakter dan bertambahnya pengetahuan yang bisa digunakan untuk membangun bangsa mencerdaskan pikiran dan tentu tidak langsung percaya pada narasi sekilas di media sosial saat ini.

Guru adalah kunci keberhasilan. Ketika pengetahuan sangat gampang diperoleh lewat internet, google search, sekali ngeklik maka akan muncul pengetahuan baru. Tinggal membaca dan mencernanya. Tetapi guru harus memberi pendampingan pada para siswa untuk tidak menelan mentah- mentah informasi yang masuk. Harus menunggu dan mencari alternatif informasi yang lebih valid. Sebab banyak informasi sekarang seringkali hanya mengandung status "dugaan" ketika dicek, ternyata hanya berita halusinasi, berita hoaKS yang tidak bisa dibuktikan validitasnya.

Ketika Oknum Guru Terlibat dalam Penyebaran Hoax

Tetapi yang memprihatinkan ialah ketika guru ikut membuat status dan cuitan kasar yang ditujukan untuk seorang pemimpin, atau elite politik. Apa yang akan dipetik dari seorang guru jika guru saja juga menjadi salah satu penyebar hoaks?

Ingatan saya tertuju pada isu tentang 7 Kontainer surat suara yang tercoblos. Oknum guru (MIK) itu seorang guru SMP di Cilegon telah melanggar pasal 28 ayat 2 jo pasal 185 ayat 2 UU ITE, sebelumnya juga ada oknum bernama Himma Dewiyana Lubis (dosen) yang menyebarkan hoaks bom Surabaya hanyalah sebagai pengalihan isu terkait pilpres.

tersangka (MIK)guru penyebar berita hoax 7 kontainer (rtibunnews.com)
tersangka (MIK)guru penyebar berita hoax 7 kontainer (rtibunnews.com)
Pendidikan gagal mengajarkan sopan dalam berbicara, suka memotong pembicaraan, berbicara bohong, bicara tanpa sumber yang benar. Jika seorang guru saja sering mengunggah ujaran kebencian maka murid-murid mendapat role model yang membuat pendidikan karut marut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun