Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Bara Kasih

26 Juli 2020   16:28 Diperbarui: 26 Juli 2020   17:24 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
westhyhyhy0-pixabay.com

Sementara di kamarnya, Kasih terbangun oleh sentuhan gemetar dan tangis pilu bapak ibunya. Belum penuh kesadarannya saat dirasakan pelukan mereka membuatnya susah bernapas. Seluruh ucapan mereka di antara tangisan dipenuhi oleh kata-kata maaf.

Mereka meminta maaf karena menghalangi percintaan Bara dan Kasih sewindu lalu. Meminta maaf karena memaksa Bara mengumpulkan pundi-pundi bila hendak meminang putri mereka. Kasih memeluk kedua orang tuanya. Dalam tutur lembut ia berikan maafnya dengan tulus seraya bercerita bahwa semalam Bara telah tiba di desa mereka. Ia pun telah datang menjumpai Kasih dan menepati janjinya. Kasih menunjukkan cincin merah delima tanda pinangannya.

Orang tua Kasih terpana. Keluarga yang datang belakangan pun tidak memahami jalan cerita. Faktanya pagi ini Bara ditemukan telah meninggal di dalam pajero putih yang berhenti di pinggir sawah. Hasil autopsi menyatakan malaikat El Maut datang sebelum tengah malam.

Depok, 26 Juli 2020

Catatan: Cerpen ini terinspirasi dari puisi "Tanam Padi Panen Rindu" karya Kompasianer Pical Gadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun