Tari Gending Sriwijaya merupakan salah satu karya seni tradisional yang menjadi simbol kejayaan masa lampau di Sumatera Selatan, khususnya di wilayah Palembang. Tarian ini tidak hanya memperlihatkan keindahan gerak tubuh semata, melainkan juga menyampaikan nilai-nilai penghormatan, keagungan, dan keramahan budaya masyarakat setempat. Dalam setiap gerakannya, Tari Gending Sriwijaya menceritakan tentang kebesaran Kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya di Nusantara.
Tari ini biasanya dibawakan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan dalam acara resmi maupun kenegaraan. Para penari mengenakan busana adat Palembang yang lengkap, mulai dari pakaian adat Aesan Gede, selendang, gelang Paksangkong, tepak, peridon, payung kebesaran, dan tombak. Setiap elemen kostum tersebut mengandung makna simbolis yang menunjukkan kemewahan, kekuasaan, serta kehalusan budi pekerti masyarakat Palembang.
Tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Penguasa Jepang di Palembang menginginkan tarian untuk menyambut tamu penting, sehingga Tari Gending Sriwijaya diciptakan pada tahun 1943-1944. Sejak itu, tarian ini terus mengalami perkembangan, baik dari segi koreografi maupun iringan musiknya, namun tetap mempertahankan ruh dan nilai-nilai budaya aslinya. Iringan musik yang mengiringi tarian ini biasanya berupa lantunan Gending Sriwijaya, yang dibawakan dengan alat musik tradisional, seperti gamelan, gendang, dan gong.
Makna filosofis dari Tari Gending Sriwijaya terlihat jelas pada pola geraknya. Gerakan lemah gemulai dengan tangan terbuka melambangkan keterbukaan dan keikhlasan hati masyarakat Palembang dalam menerima tamu. Selain itu, posisi tubuh yang tegak dan langkah yang teratur mencerminkan kewibawaan, serta kemegahan budaya Sriwijaya di masa lampau.
Tidak hanya dalam kegiatan kenegaraan, Tari Gending Sriwijaya juga menjadi bagian penting dalam upacara adat, pernikahan, serta festival budaya di Sumatera Selatan. Masyarakat setempat percaya bahwa menyuguhkan tarian ini dalam acara besar dapat membawa keberkahan dan mempererat silaturahmi antartamu yang hadir.
Upaya pelestarian Tari Gending Sriwijaya terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan komunitas seni. Kegiatan pelatihan tari di sekolah, sanggar, serta pertunjukan rutin dalam festival budaya menjadi cara untuk menjaga eksistensi tarian ini di tengah gempuran budaya modern. Keterlibatan generasi muda juga menjadi fokus utama agar warisan budaya ini tetap hidup dan berkembang.
Bahkan Tari Gending Sriwijaya telah diakui dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2014 melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Harapannya, dengan pengakuan ini dapat semakin memperkuat posisi tari tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya nasional.
Sebagai bagian dari identitas Palembang, Tari Gending Sriwijaya tidak hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan juga sebuah media untuk memahami perjalanan sejarah, nilai-nilai sosial, dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan leluhur. Dengan pelestarian yang konsisten, tarian ini diyakini akan terus mengharumkan nama Sumatera Selatan di kancah nasional maupun internasional.