Mohon tunggu...
Duhita Dundewi
Duhita Dundewi Mohon Tunggu... -

nothing special

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Soal Stunting, Pemerintah Gagal, Kok Bergaya Oposisional

19 Oktober 2018   02:49 Diperbarui: 19 Oktober 2018   03:06 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompasiana.com/Duhita Dundewi

GERAKAN EMAS bertumpu pada kekuatan masyarakat. Itu sebabnya disebut sebagai gerakan sosial atau social movement. Kata EMAS adalah singkatan dari Emak Anak Minum Susu. Susu adalah simbol nutrisi atau gizi yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Jadi Gerakan Emas adalah seluruh upaya memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan anak-anak, terutama pada seribu hari pertama usia hidup si bayi. Gerakan Emas terbuka bagi semua lapisan masyarakat, bahkan pribadi-pribadi yang tergerak hatinya untuk menyelamatkan generasi masa depan Indonesia dari ancaman stunting sekarang ini.

Apa itu stunting?

Masih banyak orang Indonesia yang belum tahu. Sementara dunia, dalam hal ini World Bank dan WHO (World Health Organization), sudah lama menyoroti kondisi stunting di indonesia. Ada lebih dari 35 persen balita pengidap stunting. Itu artinya 1 dari 3 balita Indonesia menderita stunting. Jumlahnya sekarang sudah mencapai 9 juta lebih.  

Stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan bayi dan anak-anak karena kekurangan gizi atau karena gizi buruk. Bukan hanya pertumbuhan fisik di mana tinggi badan mereka tidak sesuai dengan umurnya, melainkan terutama otaknya. Seribu hari pertama sejak bayi masih berupa janin dalam kandungan disebut sebagai usia emas. Selama kurun waktu itulah 80 persen perkembangan otak manusia terjadi. Kekurangan gizi atau karena asupan gizi buruk dalam kurun itu akan menentukan nasib si bayi seumur hidupnya.

Ketika memasuki usia sekolah anak-anak pengidap stunting akan sulit mengikuti pelajaran. Mereka bisa drop out sebelum menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya. Memasuki dunia kerja kalah dalam persaingan karena tidak memiliki kecukupan pengetahuan dan keterampilan. Jadilah mereka sebagai pengisi low level job, seperti kebanyakan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. 

Memasuki usia dewasa, para pengidap stunting sangat rentan terkena segala macam penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Jangan terkecoh oleh data statistik yang menyebut bahwa angka rata-rata harapan hidup manusia Indonesia sudah mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, karena yang harus menjadi perhatian adalah kualitas hidupnya.

Kita tidak bisa mengelak ketika World Bank merilis data tentang Modal Manusia dalam pertemuan tahunannya di Bali pada 8 -- 14 Oktober lalu. Modal Manusia Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara. 

Terendah ketiga dari negara-negara Asean lainnya. Modal manusia adalah penjumlahan kondisi kesehatan, pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan warga negara selama hidunya. 

Dari sini kemudian kita bisa memahami kenapa negara Indonesia tidak berubah juga jadi negara produsen dengan limpahan kekayaan alam yang dimiliki. Indonesia hanya menjadi pasar bagi produk-produk asing dan penyuplai tengara kerja murah.

Apa kerja pemerintah yang sudah diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk mengelola negara selama ini?

Stunting, gizi buruk, dan kemiskinan adalah satu paket persoalan yang sangat serius dan mendasar. Ini menyangkut hak dasar manusia untuk hidup layak dan sejahtera. Tanggung jawab terbesarnya ada di negara. 

Pemerintah tidak bisa mengelak dengan alasan apapun, karena merekalah pemilik kekuasaan mengelola anggaran negara untuk memenuhi hak kesehatan dan pendidikan. Jika kemudian muncul gerakan sosial yang berusaha menyelamatkan anak-anak Indonesia dari ancaman stunting, itu pertanda bahwa pemerintahan ini sudah gagal memikul tanggung jawab negara dalam urusan kesehatan rakyatnya.

Gerakan Emas sudah berjalan sejak 2009. Sebelumnya bernama Revolusi Putih. Dua hari lalu muncul berita tentang adanya gerakan tandingan dari pasangan calon presiden. Bukankah mereka sebernya adalah representasi pemerintah yang sedang berkuasa? Mereka menyebutnya sebagai Gerakan Manusia Unggul. Mereka bilang gerakan itu tidak hanya menyangkut kesehatan, melainkan juga pendidikan.

Susah dinalar, kenapa kok pemerintah yang bermetamorfosis jadi pasangan Capres-Cawapres dan timnya bikin tandingan? Bukankah mereka yang seharusnya punya inisiatif sejak awal? Bukankah kekuasaan negara yang diberikan oleh rakyat dan dari rakyat rakyat kepada mereka untuk memenuhi hak kesehatan dan pendidikan rakyatnya? Jika dengan kekuasaan dan anggaran demikian besar mereka sudah gagal melakukan pencegahan terhadap stunting, apalagi membuat tandingan gerakan masyarakat? Jangan-jangan mereka itu adalah para pengidap stunting, tampak dari ketidaksanggupannya berpikir kreatif dan tak punya cukup inisiatif.***

Tentang kubu pemerintah membuat gerakan tandingan, beritanya bisa dibaca di sini: news.detik.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun