Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berani Bermedsos, Berani Menghadapi Kenyataan

4 Desember 2018   20:25 Diperbarui: 4 Desember 2018   20:40 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berani masuk dunia medsos?

Harus siap menghadapi kenyataan

Dunia medsos itu jahil, 

nyinyir, 

nyindir, 

sok hebat, 

sok bijak, 

sok tahu, 

sok kuasa dan sok sok lainnya, 

bukan sok sepatu ya... (itu mah sol sepatu)

Malah lebih parahnya 

pengguna medsos suka membully, 

memfitnah, 

menghina, 

bahkan mengancam keselamatan,

karena lebih leluasa beropini, 

bebas berorasi, 

tersebab bisa beralibi,

dengan akun solmisasi eh imitasi alias banci tanpa identitas diri yang hakiki

Jadi,

masuk dunia medsos harus siap mental, 

buka lebar-lebar pintu ikhlas, 

jabarkan kesabaran, 

lalu luaskan pikiran dan tingkatkan kegembiraan

hindari kebaperan, 

jauhkan kedengkian, 

juga kebencian

kalau lagi sedih lebih baik mengolah timeline sendiri,

jangan coba-coba menggali timeline teman, 

apalagi komen yang tak pasti, 

bisa berabe jika cara bacanya menuruti suasana hati yang lagi perih

Bermain medsos harus berdewasa ria,

bukan phisik ataupun umur diri, 

tapi mawas dan keleluasaan mengolah hati

jangan sampai menyampaikan kalimat yang menyakiti bagi orang lain yang tak sehati

Sebabkanlah menjalani medsos karena ingin bersosialisasi,

bina teman dan sahabat sejati, 

musuh tak usah dicari

Sekiranya teman sudah didapat,  ya harus dipelihara

Pelihara kata-kata, 

pelihara imoji, 

pelihara perasaan sendiri, 

agar apa yang dibaca tetap hanyalah sebuah puisi yang berfiksi 

atau gambar yang bernarasi imajinasi

Medsos bukan tempat suci,

bukan rumah ibadah, juga bukan tuhan sesembahan

Tapi kita kerap menemukan orang berdoa,

bahkan mengaplod gambar sedang menghibah 

atau menyanjung sesuatu seolah tuhan

Biarkan saja, jika suka "like" dan "komenlah",

jika tak suka jadikan ia selintas penghias

Anggap saja teman kita sedang bergurau dan bercanda dengan akal sehatnya,

kelak kalau ia sudah melangkah selangkah sikapnya,

ia juga akan tertawa membaca status masa lalunya, 

itu tanda ia merangkak satu tahap menuju dewasa

Di tahun politik ini,

banyak teman yang menjadi pengamat, 

bahkan jago merangkai kata 

mengalahkan pelaku politik itu sendiri

Ada yang sehaluan, ada yang berseberangan, itu pasti

Karena setiap manusia yang lahir kedunia ini membawa warnanya sendiri-sendiri

Tak usah berkecil hati, nikmati saja

kalau berlapang dada komenlah tanpa harus menentangnya,

kalau  sedang sempit akal gak usah komen, toh gak rugi

Lain hal kalau itu pelaku politik, 

bolehlah kita menyampaikan aspirasi 

yang mungkin tak sejalan dalam beropini

Lah, kalau dengan teman, yang hanya pamer kesepengetahuan,

lalu sampai kasar-kasaran, 

kemudian marah-marahan 

jadi musuhan

Yah rugi rek. 

Yang kita bela gak tahu apa-apa,

sementara kita sudah kehilangan teman yang jelas-jelas suatu saat kita butuhkan

Bagaimana pula kalau status kita dikomentari kasar karena gak sejalan pemikiran?

Gampang, 

rangkai aja kalimat jawaban yang gembira ria tapi tidak mengecilkan arti seorang teman,

lalu tambah imoji bahwa kita tidak marah dengan tingkah katanya, bereskan?

Atau alihkan jawaban ke hal-hal lucu namun universal, 

semisal contoh si Engkong komen di statusku :

Engkong : "harusnya sejak awal ia terpilih udah dilakukan kalau emang punya niat, hasil tambang kita semuanya diekspor bahan mentah, termasuk bbm"

Saya : "Ntar dech, nunggu ane jadi presiden, biar yang ekspor seluruhnya barang jadi, waqaqaqa...."

Engkong : "emoji ketawa"

Saya : "balas emoji ketawa juga"

Bereskan?

gak perlu panjang lebar lagi bahasannya,

itu cuma status di media social,

haruskah  kehilangan si Engkong, 

demi mempertahankan argumen mendukung salah satu pasangan? 

Oh, tentu tidak.

Satu teman lebih berharga dari seribu argumen yang tertolak

Jadi,

Sudah siapkah anda berselacar di medsos?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun