Berani masuk dunia medsos?
Harus siap menghadapi kenyataan
Dunia medsos itu jahil,Â
nyinyir,Â
nyindir,Â
sok hebat,Â
sok bijak,Â
sok tahu,Â
sok kuasa dan sok sok lainnya,Â
bukan sok sepatu ya... (itu mah sol sepatu)
Malah lebih parahnyaÂ
pengguna medsos suka membully,Â
memfitnah,Â
menghina,Â
bahkan mengancam keselamatan,
karena lebih leluasa beropini,Â
bebas berorasi,Â
tersebab bisa beralibi,
dengan akun solmisasi eh imitasi alias banci tanpa identitas diri yang hakiki
Jadi,
masuk dunia medsos harus siap mental,Â
buka lebar-lebar pintu ikhlas,Â
jabarkan kesabaran,Â
lalu luaskan pikiran dan tingkatkan kegembiraan
hindari kebaperan,Â
jauhkan kedengkian,Â
juga kebencian
kalau lagi sedih lebih baik mengolah timeline sendiri,
jangan coba-coba menggali timeline teman,Â
apalagi komen yang tak pasti,Â
bisa berabe jika cara bacanya menuruti suasana hati yang lagi perih
Bermain medsos harus berdewasa ria,
bukan phisik ataupun umur diri,Â
tapi mawas dan keleluasaan mengolah hati
jangan sampai menyampaikan kalimat yang menyakiti bagi orang lain yang tak sehati
Sebabkanlah menjalani medsos karena ingin bersosialisasi,
bina teman dan sahabat sejati,Â
musuh tak usah dicari
Sekiranya teman sudah didapat, Â ya harus dipelihara
Pelihara kata-kata,Â
pelihara imoji,Â
pelihara perasaan sendiri,Â
agar apa yang dibaca tetap hanyalah sebuah puisi yang berfiksiÂ
atau gambar yang bernarasi imajinasi
Medsos bukan tempat suci,
bukan rumah ibadah, juga bukan tuhan sesembahan
Tapi kita kerap menemukan orang berdoa,
bahkan mengaplod gambar sedang menghibahÂ
atau menyanjung sesuatu seolah tuhan
Biarkan saja, jika suka "like" dan "komenlah",
jika tak suka jadikan ia selintas penghias
Anggap saja teman kita sedang bergurau dan bercanda dengan akal sehatnya,
kelak kalau ia sudah melangkah selangkah sikapnya,
ia juga akan tertawa membaca status masa lalunya,Â
itu tanda ia merangkak satu tahap menuju dewasa
Di tahun politik ini,
banyak teman yang menjadi pengamat,Â
bahkan jago merangkai kataÂ
mengalahkan pelaku politik itu sendiri
Ada yang sehaluan, ada yang berseberangan, itu pasti
Karena setiap manusia yang lahir kedunia ini membawa warnanya sendiri-sendiri
Tak usah berkecil hati, nikmati saja
kalau berlapang dada komenlah tanpa harus menentangnya,
kalau  sedang sempit akal gak usah komen, toh gak rugi
Lain hal kalau itu pelaku politik,Â
bolehlah kita menyampaikan aspirasiÂ
yang mungkin tak sejalan dalam beropini
Lah, kalau dengan teman, yang hanya pamer kesepengetahuan,
lalu sampai kasar-kasaran,Â
kemudian marah-marahanÂ
jadi musuhan
Yah rugi rek.Â
Yang kita bela gak tahu apa-apa,
sementara kita sudah kehilangan teman yang jelas-jelas suatu saat kita butuhkan
Bagaimana pula kalau status kita dikomentari kasar karena gak sejalan pemikiran?
Gampang,Â
rangkai aja kalimat jawaban yang gembira ria tapi tidak mengecilkan arti seorang teman,
lalu tambah imoji bahwa kita tidak marah dengan tingkah katanya, bereskan?
Atau alihkan jawaban ke hal-hal lucu namun universal,Â
semisal contoh si Engkong komen di statusku :
Engkong : "harusnya sejak awal ia terpilih udah dilakukan kalau emang punya niat, hasil tambang kita semuanya diekspor bahan mentah, termasuk bbm"
Saya : "Ntar dech, nunggu ane jadi presiden, biar yang ekspor seluruhnya barang jadi, waqaqaqa...."
Engkong : "emoji ketawa"
Saya : "balas emoji ketawa juga"
Bereskan?
gak perlu panjang lebar lagi bahasannya,
itu cuma status di media social,
haruskah  kehilangan si Engkong,Â
demi mempertahankan argumen mendukung salah satu pasangan?Â
Oh, tentu tidak.
Satu teman lebih berharga dari seribu argumen yang tertolak
Jadi,
Sudah siapkah anda berselacar di medsos?