Mohon tunggu...
DS Anwar
DS Anwar Mohon Tunggu... Guru - berusaha memperbaiki segala kekurangan

Menulis untuk berbagi dan bercerita. Sering memandang langit di malam hari sekadar untuk bertasbih, mengagumi benda yang bertebaran di langit, rembulan dan bintang-bintang-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Bus Terakhir

1 Juni 2019   20:33 Diperbarui: 1 Juni 2019   20:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali itu, ia berhasil membobol sebuah mesin uang di sebuah area mall. Namun aksinya sudah tercium penegak hukum. Hingga ia dan beberapa temannya terpaksa kabur dan lari. Namun nahas, sebuah timah panas berhasil menembus betis kaki kirinya. Hingga ia terpaksa digelandang dan masuk sel tahanan. Sejak itulah resmi mejadi penghuni hotel rodeo.

"Ongkosnya, Mas!" Tangan  sang kondektur menepuk pundak lelaki itu. Tentu saja semua gelembung lamunannya pecah dan buyar seketika. segera ia menyodorkan dua lembar uang bergambar Presiden dan  Wakil Presiden RI yang pertama.

"Kurang, dong!" si kondektur bernada tinggi.

 "Berapa, kurangnya?"

"Selembar lagi!"

Tanpa banyak bicara lelaki itu menyodorkan uang empat lembar. "Ongkosnya sekalian dengan Ibu ini." Jempol lelaki itu mengarah kepada si Ibu yang di sebelahnya.


Tentu saja si Ibu kaget. Meski tampak kebingungan, tetapi setelah yakin lelaki itu ikhlas berniat  membayarkan ongkos, akhirnya ia tak bisa berbuat apa-apa, selain berterima kasih. Mendengar percakapan ketiga orang tersebut, wanita yang tadi pindah dan bertukar tempat duduk dengan si ibu menjadi bertanya-tanya. Wajahnya memerah jika lelaki itu tahu kalau ia sudah berpikiran buruk.

Bus melaju semakin kencang setelah ke luar dari jalur tol yang sejak keberangkatan tidak begitu lancar. Gelap pun mulai merayap. Bus tetap melaju melewati jalan berliku dan bekelok tajam. Jalan menurun menanjak seperti ular. Sang supir bergeming karena penumpang mulai hening dan pulas. Sang supir tidak tahu. Hanya ada seorang yang matanya masih belum terpejam. Lelaki bertato yang mengenakan kopiah putih.

Pikiran lelaki itu menembus ke dalam sel tahanan. Di sana ia dipertemukan dengan jalan hidupnya yang lain. Ia banyak menimba ilmu agama dari seorang ustaz yang membina para penghuni jeruji besi. Hingga di dalam sel tersebut ada sebuah majelis taklim bernama At-Taubah. Lelaki itu benar-benar menemukan cahaya-Nya dan benar-benar bertaubat atas segala yang telah ia perbuat. Ia selalu mendapat amanat dari ustaz, jika habis masa rehabilitasinya ia harus menemui satu orang yang paling merindukannya di dunia ini. Yang setiap hari menitikkan airmatanya di atas sajadah.   

"Siapa, dia Ustaz? Saya 'kan belum punya istri, apalagi anak," desaknya suatu ketika.

"Tentu saja Ibumu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun