Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yang Membuat Aku Ketakutan

20 Juli 2021   22:19 Diperbarui: 20 Juli 2021   23:32 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

Hei, coba lihat!

Bukankah hidup adalah rentetan pengorbanan?

Anak-anak itu terus tumbuh 

seiring tulang ayah dan ibu mereka merapuh

Daun-daun kuning berjatuhan

Meninggalkan tunas baru yang lebih hijau

*

Ia tiba-tiba berbicara,

ketika daun-daun itu seharusnya ia kunyah 

Ia tampak tenang, 

dan aku sedang ketakutan

*

Coba kamu dengar lantunan takbir dari mereka,

masih indahkah menurutmu?

 *

Ia bertanya yang tidak-tidak 

Aku jawab dalam selimut rasa takut,

"indah sekaligus gagah, indah yang gagah seperti rona senja"

*

Indah tetaplah Indah, 

kamu tak boleh mendua seperti mereka itu,

canggung dalam wabah prasangka

takut menghadapi kenyataan

Coba lihat, mereka gugup dan kebingungan

tentang  yang mereka takutkan,

bukan sesak nafas dan batuk kering yang membuat mereka takut

Sesungguhnya, kematian  yang membuat mereka ketakutan

*

Ia terus bertutur 

Suaranya seolah-olah tenang

Ia dapat menangkap keadaanku,

yang tetap ketakutan

*

Kamu tidak semestinya merasa ketakutan,

berbahagialah!

Sebab,  kita akan pergi, 

dengan kedamaian bukan ketakutan

*

Aku ingin menyampaikan sesuatu 

tapi ia terus menyambar

*

Hei, kenanglah Ismail, tak ada ketakutan!

Kenanglah Ibrahim, tiada perasaan mendua!

Itulah mengapa kita berada di sini

Kita adalah simbol pengorbanan

Kita adalah bentuk rasa rela

Dan tak satupun dari mereka dapat menggantikan kita

Kita yang dipilih oleh-Nya!

*

Ceritanya teru mengalir

Dedaunan di hadapannya itu masih diabaikan

*

Hei, kau tak perlu takut terhadap pisau, 

apalagi kematian

Sebab, kita akan mati dalam kasih-Nya

Bukan dalam murka-Nya

*

Dia singkirkan ranting dan dedaunan yang menghadang

Dan aku terlalu tegang untuk menangkap keadaan ini

*

Dan yang terpenting cobalah ingat, 

kau adalah betina dan aku jantan. 

Sebelum kematian yang penuh kasih itu sampai,

dapatkah kita menjalin kasih asmara,

untuk  sebentar saja?

*

Sambil menjulurkan lidah ke arahku, 

ia  bertutur begitu tenang dan dalam 

Tali yang mengikat lehernya itu makin meregang,

aku pun tak dapat lari

*

Dia adalah kambing terjelek yang pernah ku temui

Dan ia yang membuat aku  ketakutan!       

 

Idul Adha 2021

Bekasi.  Marendra Agung J.W

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun