Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak "Ngeyel" dan Fenomena Iming-iming Ada Hantu

22 Juli 2019   20:15 Diperbarui: 22 Juli 2019   20:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar milik: Zayyid Husein A

Sebab, dalam pandangan sang anak,  orang tuanya bukanlah  " subjek" sebagai penyebab rasa takut yang dalam pemahamannya adalah hantu.  Maka, ketika orang tua menghendaki sang anak melakukan sesuatu pada situasi yang lain ( tanpa iming-iming hantu) reaksi "ngeyel" pun muncul.

Oleh karena itu, ada baiknya " subjek" dalam kalimat rayuan untuk pulang, makan, dan aktivitas lainnya harus diubah. Khawatirnya, secara tidak sadar rasa takut anak itu semakin menjadi eksklusif, khusus untuk hantu.

Atau, metode komunikasi orang tua untuk merayu anak mungkin bisa diganti sama sekali, tanpa harus merayu dengan menakut-nakuti, terlebih dengan hantu. Terlepas dari pertanyaan awal  terkait fenomena ini, tanda tanya lain pun bisa saja muncul kembali.

Seperti misalnya,  mengapa dari "ribuan" kosakata terpilih kata " hantu " untuk menempati " subjek " pada redaksi rayuan orang tua? Apakah bagi orang tua  memang "hantu" yang pantas menempati posisi subjek pada kalimat itu? Apakah prang tuan menuturkannya dengan sadar? Atau hanya spontanitas?

Bekasi. 16 Juli 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun