Mohon tunggu...
Fransiska Irma
Fransiska Irma Mohon Tunggu... Dokter - Psikiater/ Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater/Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS St.Carolus Summarecon Serpong, Klinik Jiwa dan Panti Jiwa Sehat BSD, RS Hermina Tangerang. Psikiater yang senang memberikan edukasi mengenai kesehatan jiwa pada masyarakat awam.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tidak Pernah Bahagia, Apakah Anda Distimia?

25 Oktober 2020   19:07 Diperbarui: 25 Oktober 2020   19:12 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Anda dapat membacanya di sini. Bila mana timbul depresi mayor bersamaan dengan distimia, maka kondisi ini dikenal dengan istilah depresi ganda (double depression). Kebanyakan penderita distimia biasanya mengatakan mereka sudah merasa tidak bahagia sejak bertahun-tahun lampau, bahkan mereka sudah lupa kapan tepatnya kondisi ini dimulai.

Fakta-fakta penting soal distimia

Sekitar 6% orang di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan ini di sepanjang hidupnya, sementara dari angka riil diketahui sekitar 5% orang di seluruh dunia menderita gangguan ini. 

Di Amerika serikat dari data IMH mereka, 1,5% penduduknya menderita gangguan ini. Website resmi WHO, badan kesehatan dunia menyebutkan bahwa hingga bulan Oktober 2012 terdapat 350 juta orang di seluruh dunia yang menderita depresi dalam derajat ringan hingga berat. Distimia pun termasuk di dalamnya. 

Hingga saat ini belum dapat disimpulkan apakah distimia terkait dengan faktor ras namun sudah diketahui bahwa distimia terkait dengan jenis gender di mana penderita wanita dua kali lipat dibandingkan pria dan umumnya penderita pria memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan wanita. 

Biasanya gangguan ini sudah mulai muncul sejak masa kanak, pasien umumnya akan bercerita bahwa sejak ia masih kecil atau sejak masa remaja, ia tidak pernah merasa bahagia. Hal yang cukup baik adalah, gangguan ini tidak pernah terjadi pada penderita gangguan bipolar dan gangguan psikotik.

Dampak distimia

Mengapa distimia harus dikenali dan diterapi dengan benar? Yang paling penting adalah karena seorang penderita distimia sangat rentan untuk jatuh dalam kondisi depresi mayor. Akibat lanjutannya adalah tingkat kemungkinan bunuh diri sangat meningkat. Menurut data WHO yang diambil sejak tahun 1950 hingga tahun 2000, tingkat kecenderungan bunuh diri cenderung menunjukan tren meningkat. 

Meskipun dalam keseharian seorang penderita distimia biasanya "tidak menunjukan" gangguan yang nyata namun produktivitas seorang penderita distimia tidaklah sebaik seseorang dengan kondisi mood yang normal. 

Selain itu distimia yang ditandai dengan perasaan tidak bahagia ini, akan dipersepsikan sebagai stresor kronik di otak dan dampak jangka panjangnya sering meningkatkan risiko dan menimbulkan problema penyakit fisik serius seperti misalnya sakit jantung di kemudian hari. Anda dapat membaca artikel mengenai relasi antara stres dengan penyakit medis umum di sini.

Apakah penyebabnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun