Mohon tunggu...
Pandapotan Silalahi
Pandapotan Silalahi Mohon Tunggu... Editor - Peminat masalah-masalah sosial, politik dan perkotaan. Anak dari Maringan Silalahi (alm) mantan koresponden Harian Ekonomi NERACA di Pematangsiantar-Simalungun (Sumut).

melihat situasi dan menuliskan situasi itu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hamili Anak Kandung, Tewas Dianiaya Tahanan di Sel?

28 September 2020   00:25 Diperbarui: 28 September 2020   00:41 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto | kairos/cakapkita

MENGEJUTKAN setelah membaca salahsatu laporan media online hari ini. Saya sebagai warga Medan, Sumatera Utara (Sumut) hanya bisa mengelus dada. Seorang tahanan, tewas dianiaya para tahanan lantaran tahu si pelaku sudah menghamili anak kandungnya hingga hamil 6 bulan. Para tahanan yang geram, memukulinya hingga meregang nyawa, meski sempat mendapat pengobatan medis. 

Benar ternyata Sumatera sudah dalam tahap darurat kasus kekerasan seksual. Belakangan beragam kasus kekerasan seksual muncul di wilayah Sumatera Utara khususnya daerah Kabupaten Toba.

Arus Global yang tak Terkendali

Apa yang menyebabkan hal ini? Kuat dugaan, derasnya arus informasi global yang tak bisa terkenali mengakibatkan moral masyarakat kian lama kian terkikis. Mudahnya masyarakat mengakses film porno di internet diduga salah satu pemicunya.

Di sinilah kita harapkan peran agama. Sejatinya para pengurus rumah-rumah ibadah sudah mengantisipasi masalah ini.

Apa yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai ini, seolah menyentak mata dan pikiran warga Sumatera Utara.

Kondisi Ruang Tahanan yang 'Over Load'

Seorang tahanan tewas dianiaya sesama tahanan lantaran geram atas apa yang menimpa dirinya.

Miris memang! Dalam laporan media itu, salah satu penyebab, selain pasal pidana yang disandang tersangka tewas itu, kondisi tahanan (Rumah Tahanan Polisi) alias RTP yang sudah 'over load', kelebihan kapasitas.

Suasana yang penuh sesak di dalam sel tahanan, mengakibatkan mudahnya orang berinteraksi satu sama lain.

Wajar memang, sesama tahanan terpicu amarahnya. Manakala seorang tahanan ditimpa kasus pidana lantaran menghamili anak sendiri. Bukankah masih  banyak kejahatan yang bisa dijalani? Kalau dasar penjahat, mengapa harus anak kandungnya yang menjadi korban? Begitu mungkin pikiran sebagian para tahanan di dalam sel itu.

Mana Peran Pemerintah dan Agama?

Tapi apapun itu, saya berharap agar ke depan pemerintah (mulai dari pemerintah pusat hingga daerah) terlebih pengurus rumah ibadah (red, peran agama) bisa berperan aktif meminimalisir persoalan memalukan ini.

Semoga warga Indonesia khususnya Sumatera Utara dapat memetik kejadian yang baru terjadi itu. Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun