Dalam arti, uang yang seyogianya dianggarkan untuk makanan di kos dialihkan untuk hal-hal yang tak bermanfaat. Misalnya, dialihkan untuk pembelian pulsa phone atau juga membeli rokok dan minuman keras.
Untuk itu, orangtua juga perlu melek dengan program MBG. Perlu kalkulasi tersendiri, di mana orangtua bisa menghitung anggaran yang diberikan dengan penyediaan MBG di sekolah.
Jangan sampai, program itu malah dimanfaatkan oleh anak untuk mengelabui orangtua, terlebih khusus dalam pemberian uang saku atau pun uang jajan.
Seyogianyan, jika konteksnya tinggal di kos, evaluasi pada cara hidup anak perlu dilihat dengan baik. Apakah pemberian anggaran untuk makanan tetap sama di tengah adanya program MBG. Ataukah, anggaran perlu dikurangi lantaran ada alternatif bagi anak mendapatkan makanan di sekolah.
Begitu pula dalam pemberian uang saku pada anak. Hemat saya, di tengah adanya program MBG, pemberian uang saku dibatasi, dan kalau boleh tak dilakukan. Jangan sampai anak mengalihfungsikan uang jajan yang diberikan untuk hal-hal yang tak bermanfaat.
Bagaimana pun, aspek kontrol orangtua dalam pengaturan anggaran hidup anak, baik itu anak yang tinggal di kos maupun pemberian uang jajan dari rumah sangat diperlukan. Tujuannya agar anak tak menyalahgunakan uang untuk kepentingan lain, terlebih khusus kepentingan negatif.
MBG bisa menjadi berkah untuk anak SMP dan SMA yang tinggal di kos dan yang kesulitan mengatur anggaran. Juga, itu pun menjadi perhatian serius dari orangtua dalam mengatur anggaran anak, terlebih khusus dalam pemberian uang jajan perbulan dan setiap hari sewaktu ke sekolah.
Â
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI