Salah satunya, sikap minder dan ketertutupannya dalam berelasi dengan sesama tak lepas dari kerinduan tersebut. Itu bermula dari kenyataan dia malu bergaul dengan teman sebayanya karena dia tak mempunyai orangtua yang lengkap sebagaiman teman-teman tersebut.
Belum lagi ketika ada teman sekolahnya yang pernah melakukan perundungan lantaran ketidaklengkapan orangtuanya. Jadinya, dia lebih cenderung memilih untuk menyendiri daripada bergaul dengan sesama. Akibat lanjutnya, dia menjadi pribadi yang lebih tertutup, bermental inferior hingga tak percaya diri untuk bergaul.
Proses penyembuan luka batin itu mendorongnya, atau lebih tepatnya menuntutnya untuk bertanya kepada ibunya tentang latar belakang ayahnya. Mulai dari situ dia pun berupaya mencari ayahnya. Awalnya sulit, namun berkat keteguhan hatinya dan bantuan dari keluarganya, pencariannya itu berbuah hasil.
Pada akhirnya dia menemukan sosok ayah yang lama dirindukan. Walau ayahnya sudah mempunyai keluarga berbeda, paling tidak dia secara langsung melihat dan menemukan ayah yang sudah lama dirindukan dan dicari.
Pengalaman penemuan itu rupanya mengawali proses penyembuhan batin. Teman itu berubah menjadi sosok yang lebih terbuka untuk bergaul. Bahkan, dia tak ragu bercerita tentang ayah yang baru saja dijumpainya.
Kehilangan sosok ayah, baik karena perceraian orangtua maupun ditinggalkan, pastinya menyimpan beban batin untuk anak. Beban batin itu menjadi berat tatkala berhadapan dengan teman-teman lain yang mempunyai ayah atau bapak.
Lebih jauh, ini mengingatkan signifikansi peran orangtua, baik ayah maupun ibu. Tentu saja, relasi orangtua tak luput dari keterbatasan dan tantangan.
Namun, sebelum tantangan itu merengut dan menghancurkan persatuan yang terjadi, yang paling penting dan utama adalah pada bagaimana orangtua berpikir dan mempertimbangkan pendidikan mental anak apabila orangtua tak menjaga persatuan dalam berelasi.
Bagaimana pun, peran kedua orangtua sangat penting dalam proses pendidikan anak. Ketika anak kehilangan salah satu sosok/pihak dalam permainan peran tersebut, mentalitas anak pun bisa ikut terpengaruh. Apalagi, jika lingkungan sosial ikut memberikan persepsi negatif pada situasi anak.
Untuk itu, orangtua perlu menjaga relasi dengan baik. Tujuannya agar anak pun bisa belajar dari kesatuan orangtua sekaligus perkembangan anak pun bisa berada pada jalur yang tepat.
Â