Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kata "Privasi" Tak Berlaku bagi Orangtua Kala Mengecek Phone Anak

26 Agustus 2025   16:50 Diperbarui: 27 Agustus 2025   06:40 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menggunakan phone. Foto: Freepik via Kompas.com

Phone (smartphone) tak lagi menjadi barang istimewa. Tak lagi menjadi barang kepunyaan kalangan tertentu. Tak lagi terbatas oleh umur dan status. Boleh dikatakan phone sudah menjadi kebutuhan bagi siapa saja. Mulai dari orangtua hingga anak-anak.

Bahkan, tak sedikit balita yang sudah bergantung pada phone. Gegara orangtua yang barangkali mau mencari cara untuk menenangkan si balita dengan lagu atau pun video di phone, akhirnya cara itu malah membuat si balita menjadi bergantung. 

Jadinya, tak tidur ketika tanpa terlebih dahulu menonton video di phone. Namun, tidur menjadi gampang ketika menonton video tertentu di phone untuk jangka waktu tertentu.

Realitas ini menjadi fenomena yang lumrah terjadi dalam kehidupan di keluarga. Akses pada phone tak lagi menjadi hal yang sulit bagi anak. Dewasa ini, ketika anak-anak memasuki usia SMP, yang lain saat sudah sejak SD, diberikan keistimewaan oleh orangtua untuk mempunyai phone.

Dengan tahu dan mau, orangtua membeli dan memberikan phone untuk anak. Tak sedikit memang yang karena permintaan anak. Muara dari perbuatan orangtua agar phone bisa menjadi instrumen bagi anak berkomunikasi dengan orangtua saat berjauhan.

Sebenarnya, tugas atau pun tanggung jawab orangtua menjadi bertambah bersamaan dengan pemberian phone pada anak. Dalam mana, orangtua tak hanya sampai pada titik memberikan phone pada anak, tetapi lebih jauh perlu menjadi agen utama yang mengontrol anak dalam menggunakan phone tersebut.

Bagaimana pun, di balik pemberian phone pada anak, ada aturan yang mengikat yang ditetapkan orangtua. Aturan itu perlu diketahui oleh anak dan diterapkan secara konsisten. Tujuannya agar phone tak mengungkung anak pada sikap adiktif, tetapi itu bisa membangun kesadaran anak pada bagaimana menggunakan phone yang tepat.

Di rumah saya tinggal dengan dua orang siswa SMA. Sejak tahun ajaran baru ini, saya menerapkan aturan ketat dalam penggunaan phone. Hanya dua jam sehari menggunakan phone. Juga, phone bisa dibawah ke sekolah atau pun dipakai melewati waktu yang ditetapkan apabila ada tuntutan tugas dari sekolah.

Aturan berdampak positif pada kedua siswa tersebut. Kalau sebelumnya komunikasi di antara keduanya dihambati oleh phone, sejauh perhatian saya mereka makin berinterekasi dan berkomunikasi. Bahkan, perdebatan dan percecokan di antara keduanya menjadi minim.

Sebelumnya, mereka kerap bercekcok. Sebabnya bermacam-macam. Kalau ditilik lebih jauh, phone menjadi salah satu sebab dari percecokan mereka, di mana mereka lebih sibuk dengan phone sehingga tak fokus pada apa yang mereka lakukan.

Akibatnya, mereka kerap saling menuding kalau ada kesalahan dan saling mengatur ketika mendapatkan tugas lantaran keterikatan pada phone.

Sejauh ini sejak aturan penggunaan phone diterapkan, mereka terlihat fokus pada pekerjaan mereka masing-masing. Ketika tak ada pekerjaan, mereka saling berbagi cerita. Situasi itu tak begitu tampak saat phone menjadi bagian rutinitas mereka.

Oleh sebab itu, aturan untuk mengontrol penggunaan phone pada anak menjadi hal yang perlu dilakukan. Tujuannya agar anak tak menjadi bergantung pada phone dan agar anak tak menjadi pribadi yang asosial.

Lebih jauh, kontrol orang tua juga terjadi saat mengecek isi phone anak. Pengecekan phone pada anak dibutuhkan agar orangtua tahu apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh anak. Untuk itu, orangtua perlu menggarisbawahi bahwa kosa kata "privasi" tak berlaku bagi orangtua dalam mengecek phone anak yang masih berada di bangku sekolah. Paling tidak, hingga bangku SMA.

Sangat penting mengecek phone anak. Harus diakui bahwa banyak hal yang dilakukan anak lewat phone, termasuk hal-hal yang berada di luar jangkauan orangtua. Untuk itu, orangtua perlu melek dalam penggunaan phone agar bisa tahu bagaimana mengecek phone anak.

Jangan sampai orangtua terkejut dengan kejadian tertentu yang menimpa anak. Situasi barangkali bisa berbeda kalau orangtua rutin mengecek phone anak dan tahu bagaimana menyikapi hal tersebut.

Beberapa hari lalu saya berhadapan dengan siswa SMP yang menghamili pacarnya. Di balik kejadian itu, pacar orangtunya tak mengetahui dan menyadari kalau anak mereka berelasi dengan siswa SMP tersebut. Mereka baru tahu saat anak mereka sudah hamil dan siswa SMP tersebut adalah pacarnya.

Bagaimana mereka berelasi? Lebih banyak lewat phone. Mereka bisa melakukan pertemuan tanpa sepengetahuan orangtua karena waktu dan tempat diatur lewat phone. Bahkan mereka bisa mensiasati pertemuan tanpa penglihatan orang lain lewat komunikasi yang terjadi di dalam phone.

Untuk itu, orangtua mempunyai hak untuk mengecek phone anak. Hemat saya, tak masalah jika ditemukan pada phone anak lagi menjalin hubungan tertentu. Di sini, perlu membutuhkan tanggung jawab orangtua untuk mengingatkan tentang batas-batas yang tak boleh dilangkahi anak dari hubungan tersebut.

Selain itu, salah satu hal yang perlu diantisipasi orangtua adalah pada kebergantungan anak pada permainan (game). Jangan sampai anak terjebak pada permainan daring (online game).

Menjadi soal ketika gegara permainan judi daring, anak harus melakukan transaksi dengan sistem berutang lewat phone. Belum lagi masalah saat anak yang "mencuri" urang orangtua guna bermain secara online atau pun menyalahgunakan uang untuk kepentingan sekolah demi online game.

Hal-hal seperti itu bisa diantisipasi apabila orangtua menggariskan secara keras dan tegas tentang penggunaan phone dan peran mereka dalam mengontrol/mengecek phone anak. Pada usia tertentu, kontrol orangtua pada phone anak tak dibatasi oleh kata "privasi" tetapi oleh pendampingan pada anak agar tahu memanfaatkan phonennya dengan baik.

Phone, di satu sisi, memberikan manfaat dalam relasi dan komunikasi antara orangtua dan anak. Di sisi lain, itu bisa menjadi momok bagi orangtua ketika anak memanfaatkanya untuk hal-hal yang tak baik.

Kalau orangtua tahu memberikan phone pada anak, orangtua juga berhak untuk mengecek isi phone anak. Tujuannya agar phone tak merusak kepribadian anak, tetapi agar phone menjadi instrumen untuk perkembangan anak pada jalur yang baik.

 

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun