Situasi itu pun berdampak pada performa Arsenal secara umum. Simpton ketidakkonsisten menaungi Arsenal pada tiga musim secara berturut-turut. Itu yang membuat Arsenal selalu duduk sebagai runner dalam tiga musim tersebut.
Musim depan, Arsenal tertantang untuk mengatasi dan keluar mentalitas runner up. Di sini, nasib Arteta dipertaruhkan. Dalam tujuh musim sebagai pelatih Arsenal, Arteta sudah mendapatkan keistimewaan mendapatkan pemain yang diinginkan.
Musim ini, Arteta lagi-lagi mendapatkan keistimewaan tersebut. Kelemahan yang kerap diungkapkannya pada musim lalu sudah terpecahkan dengan pembelian Viktor Gyokeres di lini tengah dan gelandang jangkar, Marin Zubimendi. Zubimmendi dinilai sebagai Rodri versi Arsenal.
Musim ini, Arsenal harus berupaya keluar dari mentalitas runner up. Menjadi kampiun Liga Inggris menjadi harga mati bagi Arteta dan sekaligus mengakhiri paceklik 20 tahun penantian Arsenal menjadi juara Liga Inggris.
Â
Peluang Manchester United dan Manchester City?
Duo tim sekota Manchester, Manchester City dan Manchester United mengalami nasib yang persis sama pada musim lalu. Bedanya, Man City mampu mengembalikan keadaan dengan tetap mempertahankan posisinya di empat besar. Sementara itu, MU gagal mengembalikan keadaan sehingga tersingkir di posisi ke-15 klasemen akhir Liga Inggris.
Man City mampu kembali pada jalur terbaik berkat pembelian empat pemain pada masa transfer tengah musim. Tak tanggung-tanggung, tim berjuluk "The Citizens" itu membeli empat pemain sekaligus.
Langkah itu pun kembali dilakukan pada transfer pemain musim panas ini. Selepas kompetesi berakhir, Man City langsung sigap membeli beberapa pemain baru. Para pemain baru itu bahkan ikut terlibat dalam turnamen Piala Dunia Antarklub di Amerika Serikat. Sayangnya, secara mengejutkan Man City yang terlihat kembali menemukan performa terbaiknya tersingkir oleh tim kaya bintang asal Arab Saudi, Al Hilal.
Peluang Man City untuk kembali menjadi kampiun Liga Inggris pada musim depan agak rumit. Taktik Pelatih Pep Guardiola tampaknya sudah mulai terbaca oleh lawan-lawannya di Liga Inggris. Dengan terlalu mengandalkan lini tengah seperti Rodri dan juga performa Erling Haaland, permainan Man City gampang didikte oleh lawan-lawannya.
Tak pelak, Man City tak lagi menjadi tim yang gampang menang. Sebaliknya, tak mengejutkan jika Man City ditundukkan oleh tim-tim medioker.