Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Suara Jokowi Jadi Jaminan untuk FIFA dan Kekuatan untuk Piala Dunia U-20

29 Maret 2023   08:30 Diperbarui: 29 Maret 2023   15:04 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi buka suara soal polemik penolakan timnas Israel U-20 bermain di Piala Dunia U-20. Foto: YouTube Sekretariat Presiden via Kompas.com

Perhelatan Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung di tanah air pada bulan Mei mendatang menghadapi kerumitan. Gegara keberadaan timnas Israel U-20 yang juga salah satu peserta dan yang nota bene tak mempunyai relasi politik dengan Indonesia, Piala Dunia U-20 seperti berada di ujung tanduk.

Isu pembatalan Piala Dunia U-20 seolah diamini dengan langkah pembatalan Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA atas pengundian yang seyogianya berlangsung di Bali pada Jumat, 31 Maret mendatang. 

Hingga kini, belum ada kepastian kapan undian itu akan terjadi dan bagaimana nasib Indonesia yang menjadi tuan rumah.

Konsekuensi polemik di tanah air bisa beragam. Mulai dari hilangnya peluang Indonesia menjadi tuan rumah, peluang bagi para pemain muda bermain di level piala dunia tertutup, hingga sanksi untuk sepak bola Indonesia. 

Lebih jauh, situasinya pun bisa menghadirkan pandangan negatif untuk Indonesia apalagi mengajukan diri untuk event-event olahraga selain sepak bola. 


Padahal, Piala Dunia U-20 sebenarnya bisa menjadi momentum pembuktian Indonesia sebagai negara yang mampu untuk menyelenggarakan turnamen-turnamen internasional. 

Ketika Indonesia sukses, pada saat itu publik internasional mengakui kapasitas Indonesia. Kepercayaan dunia internasional pun ikut terangkat. Efek lanjutnya, Indonesia bisa saja tak kesulitan kala mencalonkan diri menjadi tuan rumah untuk even-even internasional.

Sebaliknya, kala Indonesia gagal, publik internasional pun mempunyai perspektif negatif. Kepercayaan dunia internasional menurun dan Indonesia bisa kesulitan untuk menjadi tuan rumah kegiatan-kegiatan olahraga bertaraf internasional. 

Isu penolakan dari dalam negeri atas kedatangan timnas Israel U-20 menjadi noda yang harus dirintangi oleh pemerintah, terlebih khusus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Situasinya agak rumit. Pada tempat pertama, pemerintah mau berupaya membangun citra Indonesia lewat olahraga, dalam hal ini sepak bola. 

Di tempat lain, penolakan dari publik atas kehadiran timnas Israel U-20 tak boleh dipandang sebelah mata. Protes dalam rupa demonstrasi bisa menjadi wajah yang menghiasi perhelatan turnamen ini.

Akibatnya bisa saja berujung pada ketidaknyaman pada peserta yang datang. Ditambah lagi, jika protes itu berujung pada aksi anarkis. 

Tentu saja, penolakan publik atas kehadiran timnas Israel tak bisa menggerakan FIFA untuk mencoret keikutsertaannya. Toh, FIFA bukanlah organasi politik dan FIFA tetap menggarisbawahi asas persatuan untuk setiap peserta. 

Maka dari itu, nasib perhelatan Piala Dunia U-20 sangat bergantung pada sikap dari dalam negeri. Presiden Joko Widodo sudah berbicara. Langkah yang sangat tepat dari seorang kepala negara.

Menurutnya, setiap pihak tak boleh mencampuradukan olahraga dan politik. Bahkan, Presiden Jokowi ikut menekankan pendapat dari Duta Besar Palestina untuk Indonesia. Dalam mana, FIFA mempunyai aturan main yang mesti ditaati oleh anggotanya. 

Lebih jauh, Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa keterlibatan timnas Israel U-20 tak mempengaruhi sikap politik luar negeri Indonesia atas Palestina. 

Suara Jokowi sangalah signifikan di tengah polemik yang terjadi. Bagaimana pun, presiden perlu terlibat bukan untuk mencampuri urusan sepak bola, tetapi untuk menjelaskan situasi yang terjadi di tengah publik. 

Terlebih lagi, sikap penolakan lebih berdasar pada urusan politik, daripada faktor olahraga. Dengan ini, Jokowi berupaya menenteramkan pandangan politik mereka yang menolak. 

Efeknya bisa besar. Pertama, untuk konteks luar negeri, terlebih FIFA, ada jaminan dari pemerintah soal perhelatan Piala Dunia U-20. Pasalnya, presiden sudah memberikan penjelasan untuk memisahkan urusan politik dan olahraga. 

Dengan ini, pemerintah sangat mendukung perhelatan Piala Dunia U-20 dan tak akan mencampurinya dengan urusan politik luar negeri Indonesia. 

Kedua, suara presiden bisa memperjelas konteks yang terjadi. Israel datang bukan karena faktor politik, tetapi karena faktor olahraga. 

Israel datang bukan karena relasi politik, tetapi karena faktor kompetesi olahraga. Dua hal yang sangat berbeda, dan patut digarisbawahi. Untuk itu, publik pun perlu memisahkan dua hal itu, antara olaharga dan politik. 

Apalagi, ketika Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah, Israel belum pasti menjadi salah satu dari 24 tim yang bermain di Piala Dunia u-20. Dengan ini, Israel memang lolos karena faktor kompetitifnya sebagai tim sepak bola, dan bukan karena faktor politik. 

Permasalahannya, ketika ada oknum yang mencampuri dua hal itu. Atau juga, memboncengi situasi yang terjadi demi menggolkan kepentingan politik. Situasi ini yang akan memperumit upaya pemerintah dalam menentramkan situasi yang sementara terjadi. 

Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dalam menenteramkan oknum-oknum tersebut. 

Suara Jokowi sangatlah penting di tengah penolakan atas kehadiran timnas Israel di Piala Dunia U-20. Tujuannya, agar polemik bisa diredakan, FIFA juga mempunyai pikiran positif, dan publik internasional pun merasa terjamin kala datang ke Indonesia. 

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun