Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Agar Tempat Kerja Tidak Terjangkit "Quiet Quitting"

23 September 2022   20:04 Diperbarui: 28 September 2022   08:26 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tempat kerja.| Foto: Dok. GreatDay HR via Kompas.com

Suasana di tempat kerja sangatlah berperan dalam membangun sistem kerja yang produktif. Ketika suasana di tempat kerja tak nyaman untuk para pekerja/bawahan, hasil kerja pun bisa mandek. Bahkan pelbagai ketimpangan bisa saja terjadi.

Akibat lanjutnya, ada pekerja yang mengundurkan diri secara diam-diam seperti fenomena quiet quitting yang santer terjadi saat ini. 

Ada pula yang bekerja seadanya. Yang terpenting pekerjaan terselesaikan tanpa berpikir apakah kualitas pekerjaan itu bernilai ataukah tidak.

Suasana di tempat kerja sangatlah penting. Membangun suasana tempat kerja tak hanya mulai dari relasi antara pekerja, tetapi juga sikap dan kebijakan pimpinan. 

Pimpinan adalah salah satu aktor sekaligus faktor penting yang bisa memotivasi ruang kerja menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk setiap pekerja/bawahan. Paling tidak, seorang pimpinan mempunyai kompetensi yang bisa membuat pekerja/bawahan merasa betah dan enggan untuk meninggalkan pekerjaan mereka.  

Hemat saya, beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pimpinan agar bawahannya nyaman bekerja dan ruang kerja pun jauh dari situasi yang penuh toksik, termasuk quiet quitting.

Pertama, Pimpinan perlu Menghargai Pekerja/Bawahan

Sejatinya para pekerja/bawahan diperlakukan sebagai rekan kerja. Status bawahan tak boleh didegradasi dengan menunjukkan pola pikir dan laku negatif, di mana bawahan harus mengikuti setiap kata-kata pimpinan dan pimpinan menjadi sosok yang menakutkan di mata bawahan. 

Bagaimana pun, martabat manusiawi pekerja/bawahan perlu dihargai.

Penghargaan pada bawahan itu bermacam-macam. Tak hanya puas dengan memberikan upah atau pun menaikan upah mereka. Penghargaan itu bisa nampak pada Perlakuan saat bawahan berprestasi dan mengerjakan sebuah pekerjaan dengan telaten dan baik.

Ungkapan "terima kasih" seorang pimpinan kepada bawahan sangatlah berarti. Apalagi hal itu dibarengi dengan pujian dan dorongan untuk mempertahankan kinerja kerja yang sama. Kalau bisa, promosi jabatan pun diberlakukan lantaran prestasi yang dibuat.

Penghargaan lain juga terjadi ketika pimpinan menyampaikan ucapan selamat pada bawahanya saat mereka merayakan hari-hari spesial, seperti hari pernikahan, ulang tahun, dan pelbagai perayaan di keluarga. Kalau bawahan menyampaikan undangan, pimpinan tak segan untuk terlibat dan hadir.

Dalam hal ini, pimpinan mau masuk dalam ranah privat bawahan. Keterlibatan pimpinan bersama bawahan menjadi cara agar bawahan merasa dihargai dan diperhatikan. 

Penghargaan seperti itu bisa membuat bawahan tak dipandang sebagai "obyek" untuk menggolkan tujuan pimpinan di tempat kerja, tetapi rekan untuk mencapai sebuah tujuan bersama.

Maka dari itu, seorang pimpinan harus tahu dan sadar menghargai bawahannya. Penghargaan seorang pimpinan mesti membuat bawahan merasa nyaman di tempat kerja. 

 
Kedua, Memberi peluang bawahan untuk berkreasi.

Setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing. Kelebihan itu mesti dipandang sebagai aset yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. 

Alih-alih memandang kelebihan sesama sebagai ancaman, kita perlu menjadikan kelebihan mereka itu sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja di tempat kerja.

Sejauh kelebihan dari bawahan tak berjalan keluar dari koridor visi dan misi tempat kerja, pimpinan harus berani untuk memberikan ruang dan waktu kepada bawahan untuk berkreasi. 

Kreasi itu, di satu sisi, mengakomodir kelebihan bawahan, dan di sisi lain, hal itu bisa membuat bawahan merasa "at home" dengan tempat kerja.

Akibatnya, si pekerja enggan untuk resign atau pun bekerja asal-asalan karena dia menemukan tempat yang bisa melapangkan dirinya untuk menunjukkan kelebihannya. Juga, dia mendapat tempat dan apresiasi dari kualitas diri yang dilakukannya.

Ketiga,  Perlakuan yang sama untuk setiap bawahan

Pimpinan seyogianya berada pada titik netral di antara para bawahan. Dalam arti, dia  tak memihak salah satu individu dan/atau kubu, atau pula menghindari favoritisme di antara para pekerja. Tiap pekerja mesti diperlakukan secara sama.

Perlakuan yang sama ini tentu juga berlandaskan pada aspek kompetensi dari setiap pekerja. Pekerja yang berprestasi mesti dihargai dan kalau boleh dipromosi ke jabatan tertentu. 

Asas ini diperlakukan untuk setiap pekerja tanpa pandang latar belakang tertentu. Tujuannya, agar iklim ruang menjadi tempat yang fair bagi para pekerja untuk bersaing secara kompetitif.

Tujuan lebih jauhnya tentu saja pada kinerja tempat kerja secara umumnya. Ketika setiap pekerja bersaing secara sehat, rasional, dan efektif, kinerja tempat kerja juga bisa berjalan efektif dan efesien.

Oleh karena itu, peran pemimpin dalam memberlakukan para pekerja secara sama sangatlah signifikan. Tak ada yang ditepikan dan dipinggirkan, dan tak ada pula yang didiskiriminasikan. Setiap pekerja diperlakukan secara sama seturut ketentuan-ketentuan yang berlaku di tempat kerja.

Peran pimpinan di tempat kerja sangatlah penting dalam menjauhi toksik baru seperti realitas quiet quitting. 

Pasalnya, pemimpin itu mempunyai otoritas sekaligus kekuatan yang bisa mengarahkan dan menggerakan roda tempat kerja. Ketika pimpinan menjadi nahkoda yang tak memakai kompas yang tepat, laju di tempat kerja bisa terombang-ambing, dan bahkan tersesat. Tak ayal, ada pekerja yang memilih untuk berhenti daripada bertahan di tempat kerja yang tidak nyaman.

Sebaliknya, saat pemimpin menjadi nahkoda yang tahu memanfaatkan kompas dengan baik, laju dan kinerja di tempat kerja bisa berjalan lancar. Walau ada badai dan tantangan, para pekerja tak begitu terpengaruh, karena memang dibekengi oleh sistem kerja yang kuat dan kokoh.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun